Cari Blog Ini

Jumat, 14 Februari 2014

Catan Usang


aku hanyalah sebatang kayu yang pada awalnya aku kokoh dan tegar
namun hantaman demi hantaman badai terpaan demi terpaan angin yang terus menerpa
rintik-rintik tetesan air mata langit yang membasahiku membuat aku menjadi lemah rapuh dan hancur
engkau memang rembulan dalam hidupku dimana rembulan hanya ada satu
namun kau terkaang melupakan bahwa bintang itu ribuan
engkau telah memilih agar aku meninggalkan ribuan bintang itu dan aku menyanggupi dengan impian cahayamulah yang akan menggantikan mereka
namun akita terlalu naif dan terlalu percaya diri karena pada nyata ribuan bintang itu terlalu indah untuk digantikan dengan satu rembulan
tapi aku telah menaruh keyakinan dan aku pun berusaha juga bertahan
namun aku lemah tidak dapat berdiri sendiri
aku bukanlah batu karang disana yang mampu menahan debur ombak yang terus menghempas
aku juga bukan batu pegunungan itu yang kuat menahan kikisan air yang terus menetesinya
aku hanyalah serpihan debu yang tak mampu menahan hembusan angin
aku butuh sosok yang melindungiku agar tak terbang terhembus angin
aku juga tak mampu menahan kobaran api aku akan segera hancur dan lenyap bila tersentuh api
seperti sebatang kayu yang dilemparkan kedalam kobaran api dalam hitungan detik akan musnah termakan api... begitu pula aku
tak sanggup menahan lara dan duka yang kian membakar jiwa...
sering kali daku merasa menjadi manusia terbodoh
mereka yang mencntaiku dengan ketulusan dan kebaikan
justru ku biarkan pergi dengan segenggam luka sebungkus duka setetes air mata dan segumpal kecewa
sedangkan aku justru mempertahankan yang tak pernah memalingkan wajahnya terhadap wajahku
mempertahankan yang justru menyerahkan hatinya kepada yang lain
mempertahankan yang tidak mempertahankanku
mempertahankan yang malah sengaja menggores luka agar aku lenyap dan menghilang
mempertahankan yang justru ingin melepaskan
bahkan ketika cucuran luka berderai di rona wajah ini justru ia malah menyunggingkan sudut bibirnya
menghasilkan senyum dengan sejuta makna dan bahagia
dimana aku terjatuh dan terperosok
melepaskan jati diri demi mencari sebuah simpati
menggeser martabat dan harga diri demi mendapat sebuah penghargaan yang justru di dapat hanyalah pengabaian
memilih bertahan dengan segala rasa kesalahan
namun aku... aku yang bodoh ini masih mampu bertahan dengan kebodohan ini
andaikan nanti aku pun mati dengan hati yang dipenuhi duri
ku harap duri itu yang akan menerangi ku didalam gelapnya kubur
namun mungkinkah abu menjadi kayu kembali ?????????