Cari Blog Ini

Kamis, 15 Maret 2012

kultur jaringan

Views

“KULTUR JARINGAN





























Guru Pembimbing
Roslina Siregar, S.Pd

Disusun Oleh
Herni Uswatun Hasanah

SMA Negeri 9 Siak
Kecamatan Lubuk Dalam Kabupaten Siak
Tahunp Pelajaran 2011/2012
LEMBAR PENGESAHAN




NAMA                                                : HERNI USWATUN HASANAH
NIS                                                     : 9947250371
KELAS                                               : XII IPA1
                                                               

KULTUR JARINGAN


DISAHKAN
                        Pada hari         :           ............................................................
                        Tanggal           :           ............................................................

KEPALA SEKOLAH
SMA NEGERI 9 SIAK





Drs. SAWIRMAN
             NIP. 19660206 199903 1003
GURU PEMBIMBING






ROSLINA SIREGAR, S.Pd
NIP. 19760711 200501 2005

    
SMA Negeri 9 Siak
Kecamatan Lubuk Dalam Kabupaten Siak
Tahunp Pelajaran 2011/2012




KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya karya ilmiah ini. Karena hanya dengan rahmat dan hidayahnya saya dapat menyelesaikan karya ilmiah iniuntuk memenuhi tugas Biologi dengan judul “Kultur Jaringan”. Karya ilmiah ini saya susun dengan tujuan sebagai syarat mengikuti ujian praktek Biologi.
 Disamping itu karya ilmiah ini saya susun untuk mengetahui bagaimana proses kultur jaringan hingga menghasilkan bibit – bibit unggul. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih atas dukungan semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya karya ilmiah ini,yaitukepada:
1.      Drs. Sawirman; yang telah member izin dilakukannya praktikum,
2.      Roslina Siregar S.Pd; selaku guru bioligi SMA Negeri 9 Siak yang telah membimbing kami dalam melakukan pratikum dan menyelesaikan makalah ini.
3.      Orang Tua Saya; yang bersedia memberikan saya waktu luang untuk menyelesaikan makalah ini;
4.      Teman-teman yang telah membantu saya dalam mengumpulkan data percobaan.

Saya berharap karya ilmiah ini dapat digunakan sebagai referensi untuk menyusun laporan serupa pada masa yang akan datang. Selain itu saya berharap semoga karya ilmiah ini dapat menambah pengetahuan pembaca dan dapat berguna bagi siapapun yang membacanya. Saya menyadari bahwa tidak ada satu hal pun di dunia ini yang memiliki kesempurnaan, begitu juga dengan karya ilmiah ini. Saya sangat mengharapkan partisipasi Ibu Roslina Siregar dan teman-teman dalam bentuk kritik dan saran yang konstruktif guna menyempurnakan karya ilmiah ini.



Lubuk Dalam,


Penulis
 










DAFTAR ISI

Kata Pengatar......................................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang......................................................................................................... 1
1.2    Rumusan Masalah.................................................................................................... 1
1.3    Tujuan Penelitian...................................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORITIS
2.1    Pengertian Kultur Jaringan...................................................................................... 3
2.2    Terminologi Dalam Kultur Jaringan......................................................................... 5
2.3    Teori Dasar Kultur Jaringan..................................................................................... 7
2.4    Prinsip Kultur Jaringan............................................................................................ 7
2.5    Landasan Kultur Jaringan........................................................................................ 7
2.6    Tipe – Tipe Kultur Jaringan..................................................................................... 8
2.7    Macam – macam Teknik Kultur Jaringan................................................................ 9
2.8    Tahap – Tahap Perbanyakan Tanaman
 Dengan Teknik Kultur Jaringan.............................................................................. 10
2.9    Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Regenerasi................................................... 16
2.10 Manfaat  Kultur Jaringan........................................................................................ 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1    Kultur Jaringan Nenas............................................................................................. 20
3.2  Teknologi Pengayaan Tanaman Pisang Melalui Invitro............................................ 24
BAB IV PEMBAHASAN
4.1  Alat dan Bahan.......................................................................................................... 28
4.2 Media Tanam............................................................................................................ 30
4.3 Stok Hara Makro...................................................................................................... 33
4.4 Komposisi Medium Murashige dan SKOOG (MS)................................................. 36
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1  Gambar Pisang............................................................................................................. 37
5.2  Gambar Nenas.............................................................................................................. 38
5.3  Gambar Anggrek.......................................................................................................... 39
5.4  Koleksi-Koleksi Anggrek............................................................................................. 40
BAB VI PENUTUP
6.1  Kesimpulan................................................................................................................... 44
6.2  Saran............................................................................................................................. 44
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ iv



DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Saat ini sudah banyak kita temukan berbagai cara untuk memperbanyak atau meningkatkan produksi tanaman, salah satunya dengan cara kultur jaringan. Tanaman yang sering digunakan untuk kultur jaringan biasanya tanaman hias. Salah satu kelompok tanaman hias yang banyak mengundang perhatian untuk lebih di kembangkan pada saat ini dan di masa yang akan datang adalah tanaman anggrek. Pamor anggrek semakin meningkat seiring dengan peningkatan keadaan sosial masyarakat.

Pengadaan bibit tanaman komoditas komersial masih menjadi kendala yang besar di negara kita, sebut saja misalnya bibit kelapa, kelapa sawit, jati, mahoni, karet, meranti, tanaman buah unggul , jarak pagar. Jumlah permintaan masih lebih besar dan jumlah pasokannya, sehingga harga bibit jenis-jenis tanaman tersebut masih sangat tinggi. Banyak jems tumbuhan langka juga membutuhkan uluran tangan untuk dikonservasi. Jenis tumbuhan tersebut pada umumnya cukup sulit memperbanyak diri secara alami. Maka teknik kultur jaringan dapat menjadi pilihan untuk mengatasi kesulitan tersebut.

Untuk Iebih mengetahui bagaimana cara untuk mengkultur tanaman anggrek tersebut, maka saya melakukan observasi ke Laboratorium Kultur Jaringan Balai Benih Dinas Tanaman Pangan Provinsi Riau yang hasilnya saya muat dalarn makalah ini. Makalah saya ini berjudul “Kultur Jaringan Tanaman (Mikropropagasi)”. “.

1.2  Rumusan Masalah
·         Bagaimanakah cara-cara perbanyakan tanaman secara kultur jaringan?
·         Bagaimanakah cara-cara mambuat media kultur jaringan?
·         Apa sajakali manfaat dan kultur jaringan?
1.3 Tujuan Penelitian
·         Untuk mengetahui bagaimana cara-cara perbanyakan tanaman secara kultur jaringan.
·         Untuk mengetahui bagaimana cara-cara membuat media kultur jaringan.
·         Untuk mengetahui apa saja manfaat dan kultur jaringan.
·         Meningkatkan ketersediaan benih tanaman hortikultura khususnya tanaman anggrek dan tanaman hias lain melalui jasa perbanyakan/produksi benih dan biji atau secara meriklon/kultur jaringan di laboratorium.
·         Memfasilitasi para penyilang yang sudah mampu menghasilkan biji dan mempunyai pohon induk yang bagus, namun belum memiliki laboratorium kultur jaringan.
·         Meningkatkan fungsi laboratorium kultur jaringan yang ada di daerah-daerah untuk menghasilkan benih bermutu
·         Meningkatkan ketersediaan benih bermutu tanaman hias khususnya anggrek dan tanaman hias lainnya
·         Meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman anggrek dan tanaman hias lainnya serta bibit pisang bebas fusarium, sehingga dapat menjadi industri tanaman hortikultura dan mampu bersaing dengan negara lain




BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1  Pengertian Kultur Jaringan
Kultur jaringan bila diartikan ke dalam bahasa Jerman disebut Gewebe kultur atau tissue culture (lnggris) atau weefsel kweek atau weefsel cultuur (Belanda).
Kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanarnan seperti protoplasma, sel, jaringan atau organ yang serba steril, ditumbuhkan pada media buatan yang steril, dalam botol kultur yang steril dan dalam kondisi yang aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbayak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap.
Dasar teori yang digunakan adalah teoni totipotensi yang ditulis oleh SCHLEIDEN dan SCHWANN (Suryowinoto dan Suryowinoto, 1977) yang menyatakan tehwa teori totipotensi adalah bagian tanaman yang hidup mempunyai totipotensi, kalau dibudidayakan di dalam media yang sesuai, akan dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman yang sempurna, artinya dapat bereproduksi, berkembang biak secara normal lalu biji atau spora.
 Kultur jaringan tumbuhan merupakan salah satu teknik klona (cloning) tumbuhan. Suatu klon tumbuhan merupakan populasi tumbuhan yang di produksi secara aseksual satu nenek moyang. Klona menghasilkan sejumlah besar tumbuhan yang identik cara genetic. Klon yang diambil dan tumbuhan stok biasanya meiniliki karakter yang komersil berperan penting. Klon tersebut ditumbuhkan dengan kultur jaringan  kondisi steril dengan mengontrol konsentrasi nutrient serta hormone.
Bagian (potongan) akar, batang, atau daun disebut dengan eksplan. Eksplan  membentuk tumbuhan yang utuh (plantet) karena adanya sifat totipotensi. Potongan jaringan tumbuhan yang terdiri dan sejumlah kacil sel-sel pada medium kultur  sesuai dan dibiarkan tumbuh menjadi massa sel yang belum terdiferensiasi di sebut  sebagai kalus. Medium kultur membutuhkan gula, garam-garam anorganik, nitrogen organik, dan unsure-unsur mikro.
Tokoh-tokoh yang berperan dalam sejarah dimulainya pengetahuan kultur jaringan antara lain adalah: 
1.      Orang yang pertama melakukan kultur jaringan adalah Gottlieb Haberlant pada tahun 1902.  
2.      Tahun 1904 Hannig melakukan kultur embrio pada tanaman cruciferae.  
3.      Knudson berhasil mengecambahkan anggrek secara in vitro di tahun 1922, pada tahun yang sama Robbins mengkulturkan ujung akar secara in vitro.
4.        Gautheret, nobecourt dan White yang menemukan auxin dan telah berhasil membudidayakan kalus pada tahun 1939. 
5.       Skoog dkk. telah menemukan sitokinin dan orang pertama yang sukses dalam melakukan kultur jaringan pada tahun 1939.  
6.      Tahun 1940 Gautheret melakukan ku.ltur jaringan kambim secara in vitro pada tanaman Ulmus untuk study pembentukan tunas adventif. 
7.       Tahun 1941 Penggunaan air kelapa untuk campuran media dalam kultur Datura oleh van Overbeek.
8.        Pembentukan tunas adventif pertama pada kultur tembakau secara in vitro oleh Skoog pada tahun 1944. 
9.       Baru pada tahun 1946, tanaman lengkap pertama dapat dihasilkan dari eksplan kultur tunas ujung pada Lupinus dan Tropaeolum oleh Ball. 
10.  Pada tahun 1950 Ball mencoba menanam jaringan kalus tanaman Sequoia sempervirens dan dapat menghasilkan organ. 
11.   Muir berhasil menumbuhkan tanaman lengkap dari kultur sel tunggal pada tahun 1954.
12.   Tahun 1955 Miller dkk. Menemukan kinetin yang dapat memacu pembelahan sel.   Produksi tanaman haploid pertama dihasilkan oleh Guha pada tahun 1964.  
13.  Laminar air flow digunakan pertamakali pada akhir tahun 60-an. 
14.   Power mencoba melakukan penyatuan (fusi) protoplas pertama kali pada tahun 1970. 
15.  Baru pada tahun 1971 tanaman lengkap dihasilkan dari eksplan protoplas oleh Takebe.
16.   Untuk mendapatkan tanaman yang tahan penyakit, Larkin pada tahun 1981 mengadakan penelitian variasi somaklonal yang pertama kali. 
17.  Salah satu cara untuk mendapatkan kultuvar unggul adalah dengan melakukan transformasi. Transformasi sel pertama dilakukan oleh Horch pada tahun 1984.
18.   Trasformasi tanaman pertama dilakukan oleh IPTC pada tahun 1986.
19.   Transformasi wheat oleh Vasil pada tahun 1992. 
20.   Pada tahun 1996 pelepasan pertama tanaman hasil transformasi genetik

2.2  Istilah-istilah (terminologi) Dalam Kultur Jaringan
1.      Bahan tanam yang digunakan dalam kultur jaringan biasanya disebut dengan eksplan. 
2.      Kalus
 suatu jaringan yang tersusun oleh sel-sel terdediferensiasi yang umumnya dihasilkan oleh jaringan yang luka atau kultur jaringan pada media yang berisi auxin tertentu, atau b. Pertubuhan aktif massa sel yang belum dan terdiferensiasi dan tidak terorganisir yang berkembang dari jaringan luka atau kultur jaringan yang ditanam pada media dengan tambahan zat pengatur tumbuh. 
3.      Dalam kultur jaringan, sering dilakukan pemindahan eksplan dari media I (untuk induksi kalus) ke media II (media untuk induksi organ tunas dan akar). Pemindahan eksplan dari media satu ke media lain (baik jenis medianya sama atau lain) dikenal dengan istilah subkultur.
4.      Setiap masa inkubasi disebut passage. Passage pertama adalah subkultur pertama dari jaringan yang terbentuk dari eksplan awal. 
5.      Bahan yang diambil pada setiap subkultur disebut inokulum.
6.      Kultur asenik adalah kultur dengan hanya satu macam organisme yang diinginkan.
7.      Eksplan yang ditanam pada media tumbuh yang tepat, dapat beregenerasi melalui proses yang disebut organogenesis atau embriogenesis.
8.      organogenesisadalah proses terbentuknya organ-organ seperti pucuk dan akar. Pucuk yang terbentuk pada tempat yang bukan jaringan asalnya (origin) yang biasa, disebut pucuk adventif.Seperti pucuk yang terbentuk dari kalus, hipokotil, kotiledon dan akar.
9.      Embriogenesisadalah proses terbentuknya embrio somatik.
10.  Embrio somatik nonzygotic embryo adalah embrio yang bukan berasal dari zigot, tetapi dari sel tubuh tanaman.
11.  Bila embrio terbentuk dari kultur anther atau mikrospora disebut androgenesis, bila berasal dari ovari yang belum mengalami fertilisasi disebut gynogenesis.
12.  Anakan tanaman yang telah lengkap memiliki organ daun, batang dan akar hasil kultur jaringan disebut plantlet (plantula).
13.  Plantula yang akan dipindah ke lapangan dan diperlakukan sebagai bibit, harus mengalami masa adaptasi dari kultur heterotropik menjadi kultur autotropik. Masa adaptasi plantula disebut dengan aklimatisasi.
14.  Pucuk-pucuk yang terbentuk dari jaringan kalus, terutama yang sudah mengalami subkultur, dapat bervariasi. Variasi-variasi ini disebut variasi somaklona.  Penyebab variasi ini belum diketahui dengan pasti, ada kemungkinan variasi ini sudah ada dalam eksplan asal karena sifat kromosom mosaic dalam sel-sel somatik ataupun terjadi akibat lingkungan dalam kultur.
15.  Salah satu variasi yang terjadi adalah tanaman yang aneuploid yaitu tanaman dengan jumlah kromosom 2n-1 atau 2n+1.
16.  Sel-sel dalam kalus atau sel-sel dari jaringan daun di-isolasi dengan perlakuan enzim merupakan bahan untuk memperoleh protoplasma. Protoplasma-protoplasma diperoleh dengan menghilangkan dinding sel dengan bantuan enzim-enzim cellulase, hemicelluase dan pektinase. Protoplasma kemudian dapat “dipaksa” untuk saling menempel dan bersatu membentuk suatu fusi sel. Proses ini merupakan bidang pemuliaan yang disebut hibridisasi genetik.
17.  Hasil gabungan dua atau lebih protoplasma yang berbeda jenis dengan inti-intinya dikenal dengan istilah heterokarion.
18.  Bila hanya sitoplasma yang bergabung maka disebut dengan cybrid.

2.3  Teori Dasar Kultur Jaringan
1.      Sel dari suatu organisme multiseluler di mana pun letaknya, sebenarnya sama dengan  sel zigot karena berasal dari satu sel tersebut (Setiap sel berasal dari satu sel).
2.      Teori Totipotensi Sel (Total Genetic Potential), artinya setiap sel memiliki potensi genetik seperti zigot yaitu mampu memperbanyak diri dan berediferensiasi menjadi tanaman lengkap.                                                                 
2.4  Prinsip Kultur Jaringan
Pelaksanaan teknik ini memerlukan berbagai prasyarat untuk mendukung kehidupan jaringan yang dibiakkan. Hal yang paling esensial adalah wadah dan media tumbuh yang steril. Media adalah tempat bagi jaringan untuk tumbuh dan mengambil nutrisi yang mendukung kehidupan jaringan. Media tumbuh menyediakan berbagai bahan yang diperlukan jaringan untuk hidup dan memperbanyak dirinya.

2.5  Landasan Kultur Jaringan
Landasan kultur jaringan didasarkan atas tiga kemampuan dasar dan tanaman, yaitu :
1.    Totipotensi adalah potensi atau kemampuan dañ sebuah sel untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman secara utuh jika distimulasi dengar benar dan sesuai. Implikasi dan totipotensi adalah bahwa semua informasi tentang pertumbuhan dan perkembangan suatu organisme terdapat di dalam sel. Walaupun secara teoritis seluruh sel bersifat totipotensi, tetapi yang mengekspresikan keberhasilan terbaik adalah sel yang meristematik.
2.    Redferensiasi adalah kemampuan sel-sel masak (mature) kembali menjadi ke kondisi menistematik dan dan berkembang dan satu titik pertumbuhan barn yang diikuti oleh rediferensiasi yang mampu melakukan reorganisasi manjadi organ baru.
3.    Kompetensi menggambarkan potensi endogen dan sel atau jaringan untuk tumbuh dan berkembang dalam satu jalur tertentu. Contohnya embrio agenikali kompeten sel adalah kemampuan untuk berkembang menjadi embrio funsional penuh. Sebaliknya adalah non - kompeten atau morfogenetikali tidak mempunyai kemampuan.

2.6  Tipe-Tipe Kultur Jaringan
Kultur jaringan (tissue culture) sampai saat ini digunakan sebagai suatu istilah umum yang meliputi pertumbuhan kultur secara aseptik dalam wadah yang umumnya tembus cahaya. Sering kali kultur aseptik disebut juga kultur in vitro yang artinya  sebenarnya adalah kultur di dalam gelas.
Dalam pelaksanaannya dijumpai beberapa tipe-tipe kultur, yakni:
1.      Kultur  biji (seed culture), kultur yang bahan tanamnya menggunakan biji atau seedling.
2.      Kultur organ (organ culture), merupakan budidaya yang bahan tanamnya menggunakan organ, seperti: ujung akar, pucuk aksilar, tangkai daun, helaian daun, bunga, buah muda, inflorescentia, buku batang, akar dll.
3.      Kultur kalus (callus culture), merupakan kultur yang menggunakan jaringan (sekumpulan Sel) biasanya berupa jaringan parenkim sebagai bahan eksplannya.
4.      Kultur suspensi sel (suspension culture) adalah kultur yang menggunakan media cair dengan pengocokan yang terus menerus menggunakan shaker dan menggunakan sel atau agregat se; sebagai bahan eksplannya, biasanya eksplan yang digunakan berupa kalus atau jaringan meristem.
5.      Kultur protoplasma. eksplan yang digunakan adalah sel yang telah dilepas bagian dinding selnya menggunakan bantuan enzim. Protoplas diletakkan pada media padat dibiarkan agar membelah diri dan membentuk dinding selnya kembali. Kultur protoplas biasanya untuk keperluan hibridisasi somatik atau fusi sel soma (fusi 2 protoplas baik intraspesifik maupun interspesifik).
6.      Kultur haploid adalah kultur yang berasal dan bagian reproduktjf tanaman, yakni: kepala sari/ anther (kultur anther/kultur ,mikrospora), tepung sari pollen (kutur pollen), ovule (kultur ovule), sebingga dapat dihasilkan tanaman haploid.

2.7  Macam-macam Teknik Kultur Jaringa.
Berbagai macam teknik kultur jaringan yang telah dikenal antara lain:
1.      Maristem kultur, yaitu teknik kultur jaringan dengan menggunakan eksplan (bagian tanaman) dari jaringan muda atau maristem.
2.      Pollen atau anther kultur, yaitu teknik kultur jaringan dengan menggunakan eksplan dari serbuk sari atau benang sari.
3.      Protoplast kultur, yaitu teknik kultur jaringan dengan menggunakan eksplan protoplast (sel hidup yang telah dihilangkan dinding selnya).
4.       Cloroplast kultur, yaitu teknik kultur jaringan dengan menggunakan eksplan cloroplast untuk keperluan memperbaiki sifat tanaman dengan membuat varietas baru.
5.      Somatic cross atau silangan protoplasma, yaitu penyilangan dua macam protoplasma menjadi satu, kemudian dibudidayakan sehingga menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat baru.
2.8  Tahap – Tahap Perbayakan Tanaman dengan Teknik Kultur Jaringan.

Siklus Pekerjaan Labor Kultur Jaringan




















 


untitled1
Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur
jaringan adalah:
1)      Pembuatan media
untitled2untitled3Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dan garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dan kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakanjuga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf.
Biasanya, komposisi media yang digunakan adalah sebagai berikut :
1.    Ammonium nitrate (NH4NO3) 1,650 mg/l
2.    Boric acid (H3BO3) 6.2 mg/l
3.    Calcium chloride (CaCl2 · H2O) 440 mg/l
4.    Cobalt chloride (CoCl2 · 6H2O) 0.025 mg/l
5.    Magnesium sulfate (MgSO4 · 7H2O) 370 mg/l
6.    Cupric sulfate (CuSO4 · 5H2O) 0.025 mg/l
7.    Potassium phosphate (KH2PO4) 170 mg/l
8.    Ferrous sulfate (FeSO4 · 7H2O) 27.8 mg/l
9.    Potassium nitrate (KNO3) 1,900 mg/l
10.  Manganese sulfate (MnSO4 · 4H2O) 22.3 mg/l
11.  Potassium iodine (KI) 0.83 mg/l
12.  Sodium molybdate (Na2MoO4 · 2H2O) 0.25 mg/l
13.  Zinc sulfate (ZnSO4 · 7H2O) 8.6 mg/l
14.  Na2EDTA · 2H2Oa 37.2 mg/lb
2)  Inisiasi
Inisiasi adalah pengambilan eksplan dan bagian tanaman yang akan dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas.
Tahap- tahap pada inisiasi pada anggrek sebagai berikut :
a)      Diambil pollen (serbuk sari) dari bunga yang meakr setelah tiga hari dimana pollen harus berwarna kuning tua
b)      Diberi label guna mencatat nama silangan, hari, tanggal, bulan dan tahun untuk mengetahui masak dan belumnya buah tersebut. Sebagai induk nama tanaman harus ditulis terlebih dahulu
c)      Diletakkan pollen tersebut ke putik yang siap diserbuki. Penyilangan dilakukan dengan menggunakan lidi atau pinset
d)     Dilihat bunga yang disilanglkan setelah satu minggu, jika persilangan berhasil ditandai dengan pembengkakan pada pangkal batang biji
e)      Setelah tua buah dibawa ke laboratorium untuk proses lebih lanjut.
3)  Sterilisasi
Slerilisasi adalali bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga stenil. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga harus steril.
Tahp-tahapan dalm sterilisasi eksplan adalh sebagai berikut :
a)      Eksplan tunas dibersihkan dari tanah
b)      Dipotong eksplan dengan ukuran 6-10 cm
c)      Dicuci eksplan hingga bersih dengan menggunakan air mengalir
d)     Direndam dengan menggunakan klorok (bayclean) secara bertahap lalu diletakkan di shaker
e)      Dibilas dengan menggunakan air mengalir, setelah proses sterilisasi selesai explan dipotong dengan ukuran 1 cm. ditiriskan pada tissue steril.
Table konsentrasi bayclean yang digunakan untuk sterilisai
Persentase
Bayclean
Air dan Bayclean
30 %
300 ml
1000 ml
20 %
200 ml
1000 ml
20 %
100 ml
500 ml
10 %
50 ml
500 ml
5 %
25 ml
500 ml
1 %
5 ml
500 ml

4)  Multiplikasi
Mukiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi yang 1ah ditanaini ekplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar.Tujuannya adalah :
a)      Agar bibit yang tumbuh tidak kekurangan hara
b)      Bibit anggrek seragam pertumbuhannya
c)       Bibit tidak berdesakkan
   Tahapan multifikasi
a)      Dipilih bibit yang baik dan seragam
b)      Disiapkan media baru, lampu spirtus dimasukkan ke dalam LAF/ entkas (formalin tablet). Entkas/ LAF sebelumnya disemprot akiohol 70%
c)      Ditransfer atau dipindahkan kultur kedalam media baru diusahakan agar planlet yang dipindahkan bentuknya seragam
d)     Botol yang berisi biji dipindah dalam rak diberi cahaya dan pendingin ruangan
e)      Setelah seminggu terlihat biji berubah warna menjadi hijau
f)       Setelah satu bulan biji berubah jadi kalus
g)       Biji dipindah kedalam botol yang berisi media, biji diambil dengan kawat yang dibengkokan dan srteril dilakukan dengan metode aseptis

5) Pengakaran
Peugakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang terkontaiminasi akan menunjukkan gejala seperti berwama putih atau biru (disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan bakteri).

6) Aklimatisasi         
Aklimatisasi adalah kegiatan meinindahkan eksplan keluar dan ruangan aseptic ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dan udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan uclara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif.
Dari mulai pengambilan eksplan sampai tanaman kultur siap diaklimitasi memakan waktu 10-12 bulan. Sebelum diaklimatasi plantet-plantet di dalam botol ditempatkan pada kondisi lingkungan dengan 50 % cahaya matahari selama 2-3 minggu.
Tahapan aklimatasi adalah sebagai berikut:
a)      Dikeluarkan plantet dari dalaam botol secara perlahan-lahan
b)      Dibagi plantet dalam 3 kelompok berdasarkan ukuran, yaitu : besar (>5cm), sedang (3-5 cm), dan kecil ( <3cm)
c)      Dibersihkan plantet dari agar-agar yang menempel dengan cara mencuci menggunakan air
d)     Disiapkan polibeg berisi tanah kebun atau tanah dengan campuran pasir + pupuk kandang + tanah hitam dengan perbandingan 1:1:1 dan ditaburkan sedikit insektisida (merk currater)
e)      Ditanam plantet dalam polibeg
f)       Ditutup polibeg dengan plastic transparan agar menjaga kelembapan
g)      Disusun polibeg di bawah naungan dan lakukan pemeliharaan
h)      Dibuka tutp plastic transparan setelah 7 hari
i)        Kira-kira 3-4 bulan kemudian anakan siap ditananm di lapangan.

Keunggulan inilah yang menarik bagi produsen bibit untuk mulai mengembangkan usaha kultur jaringan ini. Saat ini sudah terdapat beberapa tanaman kehutanan yang dikembangbiakkan dengan teknik kulturjaringan, antara lain adalah: jati, sengon, akasia, dll.
2.9  Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Regenerasi
a.    Bentuk Regenerasi dalam Kultur In Vitro : pucuk aksilar, pucuk adventif, embrio somatik, pembentukan protocorm like bodies, dll.
b.     Eksplan ,adalah bagian tanaman yang dipergunakan sebagai bahan awal untuk perbanyakan tanaman. Faktor eksplan yang penting adalah genotipe/varietas, umur eksplan, letak pada cabang, dan seks (jantan/betina). Bagian tanaman yang dapat digunakan sebagi eksplan adalah pucuk muda, batang muda, daun muda, kotiledon, hipokotil, endosperm, ovari muda, anther, embrio, dll.
c.    Media Tumbuh, Di dalam media tumbuh mengandung komposisi garam anorganik, zat pengatur tumbuh, dan bentuk fisik media. Terdapat 13 komposisi media dalam kultur jaringan, antara lain: Murashige dan Skoog (MS), Woody Plant Medium (WPM), Knop, Knudson-C, Anderson dll. Media yang sering digunakan secara luas adalah MS.
d.    Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Faktor yang perlu diperhatikan dalam penggunaan ZPT adalah konsentrasi, urutan penggunaan dan periode masa induksi dalam kultur tertentu. Jenis yang sering digunakan adalah golongan Auksin seperti Indole Aceti Acid(IAA), Napthalene Acetic Acid (NAA), 2,4-D, CPA dan Indole Acetic Acid (IBA). Golongan Sitokinin seperti Kinetin, Benziladenin (BA), 2I-P, Zeatin, Thidiazuron, dan PBA. Golongan Gibberelin seperti GA3. Golongan zat penghambat tumbuh seperti Ancymidol, Paclobutrazol, TIBA, dan CCC.
e.    Lingkungan Tumbuh. Lingkungan tumbuh yang dapat mempengruhi regenerasi tanaman meliputi temperatur, panjang penyinaran, intensitas penyinaran, kualitas sinar, dan ukuran wadah kultur.

2.10          Manfaat Kultur Jaringan
1.      Manfaat dari kultur jaringan adalah:
2.      Pengadaan bibit tidak tergantung musim
3.      Bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif lebih cepat (dan satu mata tunas yang sudah respon dalam 1 tahun dapat dihasilkan ininimal 10.000 planlet/bibit)
4.      Bibit yang dihasilkan seragam
5.      Bibit yang dihasilkan bebas penyakit (menggunakan organ tertentu)
6.      Biaya pengangkutan bibit relatif lebih murah dan mudah
7.      Dalam proses pembibitan bebas dan gangguan hama, penyakit, dan deraan lingkungan lainnya.
8.      Dalam bidang hortikultura
Kultur jaringan sudah diakui sebagai metode baru dalam perbanyakan tanaman. Tanaman yang pertama berhasil diperbanyak secara besar-besaran melalui kultur jaringan adalah tanaman anggrek, menyusul berbagai tanaman hias, sayuran, buah-buahan, pangan dan tanaman hortikultura lainnya. Selain itu juga saat ini telah dikembangkan tanaman perkebunan dan tanaman kehutanan melalui teknik kultur jaringan. Terutama untuk tanaman yang secara ekonomi menguntungkan untuk diperbanyak melalui kultur jaringan, sudah banyak dilakukan secara industrial. Namun ada beberapa tanaman yang tidak menguntungkan bila dikembangkan dengan kultur jaringan, misalnya: kecepatan multiplikasinya terlalu rendah, terlalu banyak langkah untuk mencapai tanaman sempurna atau terlalu tinggi tingkat penyimpangan genetik.  Dalam bidang hortikultura, kultur jaringan sangat penting untuk dilakukan terutama pada tanaman-tanaman yang:
a.       Prosentase perkecambahan biji rendah. 
b.      Tanaman hibrida yang berasal dari tetua yang tidak menunjukkan male sterility.
c.       Tanaman hibrida yang mempunyai keunikan di salah satu organnya (bentuk atau warna bunga, buah, daun, batang dll).
d.      Perbanyakan pohon-pohon elite dan/atau pohon untuk batang bawah.
e.       Tanaman yang selalu diperbanyak secara vegetatif, seperti: kentang, pisang, stroberry dll. 
9.       Dalam bidang agronomi 
Kultur jaringan sangat membantu dalam usaha eliminasi patogen. Dengan metode ini dapat dipilih bagian atau sel-sel yang tidak mengandung patogen, terutama virus dan menumbuhkan sel-sel tersebut serta meregenerasikan kembali menjadi tanaman lengkap yang sehat. Secara konvensional tidak ada cara yang efektif untuk menghilangkan virus dari bahan tanaman. Kultur meristem yang disertai perlakuan temperatur 38-40C selama beberapa waktu, dapat menghilangkan virus dari bahan tanaman. Bahan yang bebas patogen ini juga memudahkan pertukaran plasma nutfah internasional.
Seleksi tanaman merupakan kegiatan agronomi yang telah ada sejak manusia mulai membudidayakan tanaman. Pada metode konvensional, seleksi tanaman memerlukan jumlah tanaman yang banyak sekali pada lahan yang luas, dengan pemeliharaan yang intensif serta waktu yang lama. Dengan berkembangnya kultur jaringan, ditemukan hasil yang tidak terduga. Dalam kultur yang membentuk sel-sel bebas, terjadi variasi somaklonal dalam hal morfologi, produksi, pola pertumbuhan dan resistensi terhadap penyakit. Dengan media seleksi, beberapa lini-lini sel ini dapat dibedakan dari sel-sel lini yang biasa dalam beberapa petri-dish. 
10.  Dalam bidang pemuliaan tananaman
Dalam bidang pemuliaan tanaman yang komersial, banyak ditemui kegagalan pembentukan embrio yang viable.Kegagalan disebabkan oleh hambatan pada polinasi, pertumbuhan pollen-tube, fertilisasi dan perkembangan embrio atau endosperm. Setelah kultur protoplasma berkembang, diharapkan hambatan ini dapat dikurangai dengan metode fusi protoplasma atau injeksi organel dan sitoplasma dari sel yang satu ke sel lain.  Teknik kultur jaringan dapat diterapkan dalam bidang pemuliaan tanaman terutama untuk mempercepat pencapaian tujuan dan membantu jika cara-cara konvensional menemui rintangan alamiah. Melaui teknik kultur jaringan dapat dilakukan manipulasi sebagai berikut:
a.       Manipulasi jumlah kromosom melalui bahan kimia atau meregenerasikan jaringan tertentu dalam tanaman seperti: endosperma yang mempunyai kromosom 3n.
b.      Tanaman haploid dan double haploid yang homogeneous melalui kultur anther atau mikrospora. 
c.       Polinasi in vitro dan pertumbuhan embrio yang secara normal abortif.
d.      Hibridisasi somatik melalui teknik fusi protoplasma baik intraspesifik maupun interspesifik. 
e.       Variasi somaklonal. 
f.       Transfer DNA atau organel untuk memperoleh sifat tertentu.Seleksi tanaman merupakan kegiatan agronomi yang telah ada sejak manusia mulai membudidayakan tanaman. Pada metode konvensional, seleksi tanaman memerlukan jumlah tanaman yang banyak sekali pada lahan yang luas, dengan pemeliharaan yang intensif serta waktu yang lama. Dengan berkembangnya kultur jaringan, ditemukan hasil yang tidak terduga. Dalam kultur yang membentuk sel-sel bebas, terjadi variasi somaklonal dalam hal morfologi, produksi, pola pertumbuhan dan resistensi terhadap penyakit. Dengan media seleksi, beberapa lini-lini sel ini dapat dibedakan dari sel-sel lini yang biasa dalam beberapa petri-dish. 

http://www.docstoc.com/docs/80676685/Buku-Panduan-Kultur-Jaringan






BAB III
KULTUR JARINGAN
3.1  Kultur Jaringan Nenas
3.1.1        Pendahuluan
Kultur jaringan salatu cara perbanyakan tanaman secara Vegetatif. Perbanyakan tanaman dilakukan dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti mata tunas, serta menambahkan bagian bagian tersebut dalam media buatan secara Aseptik yang kaya Nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari kultur jaringan adalah perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetative tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan ditempat steril.
Metode kultur jaringan di kembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit di kembangkan secara vegetative bibit yang dihasilkan kultur jaringan memiliki beberapa keunggulan antara lain:
a.       Mempunyai sifat yang identik dengan induknya
b.      Dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak memerlukan tempat yang luas.
c.       Kesehatan dan mutu bibit terjamin . Dengan penerima teknik kultur jaringan industry masyarakat/petani dapat turnbuh dengan pesat dan meningkat perekonomian.
1.      Lababoratorium kulturjaringan terdiri dan:
a.       Ruangan Administrasi
b.      Ruangan persiapan untuk sterilisasi
c.       Ruangan Kultur
d.      Ruangan pembuatan Media dan bahan kimia
e.       Ruangan lindung ( screen House)
2.      Bahan-bahan:
a.       Anak nenas mahkota, anak bawah, Anakan samping
b.      Bahan sterilisasi : Alkohol,clovac, diterjen, Hgcl
c.       Bahan hormon (Zat perasang tumbuh)
d.      Bahan pengerjaan: Botol steril, pisau, aluminium foil, Petridis, scapel, dll
3.      Pengerjaan kultur jaringan:
a.       Eksplan/anakan di buang kelopak daun hingga ujung
b.      Di cuci dengan deterjen 2 kali
c.       Rendam dalam clorok 2% 7 menit
d.      Bilas 2 kali demgan aquades stenil
e.       Rendam dalarn larutan HgCL
f.       Bilas kemudian tanana dalam media buatan MS.

3.1.2        Media Tanam
Untuk kultur invitro tanaman nenas digunakan media MS (Murashige Skoog) berupa media padat dan media cair. Media cair tanpa pemberian agar-agar dan digunakan untuk multifikasi. Media MS yang digunakan ditambahkan air kelapa/ BAP, sukrosa/gula pasir dan NAA.
Media dibuat dengan cara mencampurkan semua bahan jadi satu kemudian dimasak sampai mendidih dengan pH 5,6 — 5,8 lalu dimasukkan ke dalam botol steril ( + 25 botol/ liter). Tutup botol dengan  aluminium  foil dan plastik kemudian diikat dengan karet gelang dan sterilkan kembali diam autoclave + 2 (dua) jam). Diamkan diruangan media tanpa cahaya langsung selama + 3 (tiga) han untuk melihat apakah media terkontaminasi atau tidak, kemudian barn bisa ditanami.
Cara mengeluarkan bibit dan botol
a.       Bibit di keluarkan dan dalam botol
b.      Bibit di cuci ampai bersih dan di pothng akar yang panjang
c.       Bibit di tanam dalam polybag yang menggunakan media tanah yang di campur pupuk kandang dengan konsentrasi 2 kg tanahhitam, 1 kg pupuk kandang, 1 kg sekam kayu atau sekam padi
d.      Kemudian di masukkan dalam sungkup

3.1.3        Aklimatasi
Eksplan nenas siap diaklimatisasi memakan waktu 10 — 12 bulan. Tahap aklimatisasi adalah tahap adaptasi planlet terhadap lingkungan luar. •pada kondisi lingkungan dengan 50 % cahaya matahari selama 2—3 minggu.
1.      Dikeluarkan planlet nenas dari botol secara perlahan-lahan
2.      Dibagi planlet 3 kelompok : Besar (.>5 Cm), sedang (3-5 Cm) dan kecil (< 3 Cm).
3.      Dibersihkan planlet dari agar dicuci dengan air.
4.      Disiapkan polibag yang berisi tañah dengan campuran pasir + pupuk kándang + tanah hitam(1:1:1)
5.      Ditanam planlet dalam polibag
6.      Ditutup polybeg dengan plastik transparan
7.      Disusiin polybag dibawah náungan
8.      Dibuka tutup plastik transparan setelah 7 hari
9.      Kira-kira 3 - 4 bulan kemudjan anakan nenas siap ditanam di lapangan.

3.1.4        Perawatan
a.       Setelah dua minggu sungkup di buka Setelah umur 4 han benih di semprot dengan insektisida (anti hama) Dosis I ml/Ltr.
b.      Penyiraman 2 kali sehari pagi dan sore
c.       Setelah umur2-3 bulan siap tanam ke lapangan



Tahapan-tahapan inisiasi eksplan nenas















Rounded Rectangle: Mahkota buah yang digunakan









Rounded Rectangle: Helai daun












 

3.2  Teknologi Pengayaan Tanaman Pisang Melalui Invitro
3.2.1        Pendahuluan
Sebagai negara tropis yang kondisi lahan dan Iingkungan cocok untuk budidaya pisang (Musa paradisiaca. L) Indonesia memiliki peluang untuk mengembangkan dalam skala agribisnis yang berorientasi pasar ekspor karena selain dalam bentuk segar, pisang juga mempunyai potensi besar sebagai bahan baku dahan.
Optimisme ini telah banyak di kaji oleh para ahli dan pisang bukan hanya layak untuk sekedar jadi tanaman pelengkap. Tapi juga diperhitungkan sebagai komoditas yang bernilai ekonomis. Ini sudah dibuktikan oleh beberapa pengusaha juga negara lain seperti Philipina dan Taiwan.
Pembibitan merupakan penman penting dalam pengembangan buah, karena bisa sebagai indikator dan tren pengembangan buah yang bersangkutan. Kenaikan kebutuhan bibit dan suatu jenis pisang sacara tidak langsung bisa memprediksi produksi buah pada waktu mendatang.
Saat mi bibit yang ditanam petani umumnya perpindahan dan anakan pohon induk yang ada, sehingga jumlah anakan terbatas dan sangat memungkinkan bibit yang ada kena hama atau penyakit.
Teknik kultur invitro/ kultur janingan merupakan alternatif untuk menghasilkan bibit pisang yang bermutu dalam jumlah banyak, seragam dalam waktu singkat , banyak, seragam dalam waktu singkat.
        Kultur invitro merupakan suatu teknik untuk mengisolasi bagian dan tanaman  seperti titik tumbuh, organ, sekelompoic sel atau bahkan sel, serta menumbuhkannya dalam lingkungan aseptik sehingga bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap kembali. Dalam perbanyakan tanaman secara invitro perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu ruangan atau laboratorium  kultur janingan,  media kultur,  teknik yang digunakan serta bahan tanam yang digunakan.
3.2.2        Media Tanam
Untuk kultur invitro tanaman pisang digunakan media MS (Murashige Skoog) berupa media padat dan media cair. Media cair tanpa pemberian agar-agar dan digunakan untuk multifikasi. Media MS yang digunakan ditambaHKan air kelapa/ BAP, sukrosa/ gula pasir dan NAA.
Media dibuat dengan cara mencampurkan semua bahan jadi satu kemudian dimasak  sampai mendidih dengan pH 5,6 5,8 lalu dimasukkan ke dalam botol steril ( + 25 botol! liter). Tutup botol dengan aluminium foil dan plastik kemudián diikat dengan karet gelang dan sterilkan kembali dlam autoclave + 2 (dua) jam. Diamkan diruangan media tanpa cahaya langsung selama + 3 (tiga) hari untuk melihat apakah media terkontaminasi atau tidak, kemudianbaru bisa ditanami.
3.2.3        Perawatan
a.       Setelah dua minggu sungkup di buka
b.      Setelah umur 4 hari benih di semprot dengan insektisida (anti hama) Dosis 1 ml! Ltr.
c.       Penyiraman 2 kali sehari pagi dan sore
d.      Setelah umur 2 -3 bulan siap tanam ke lapangan
3.2.4        Pemilihan Pohon Induk
Pohon induk dipilih dari varitas yang mempunyai nilai ekonomi tinggi seperti pisang barangan, kepok, lilin  dll. Pohon induk dipilih yang batangnya tegar, sehat dengan kualitas dan kuantitas buah baik sesuai selera pasar dan tahan penyakit fusarium dan sigatoga. Tunas atau anakan yang diambil adalah tunas atau anakan yang paling dekat dengan pohon induk dan setelah buah pernah dipanen dalam satu rumpun. Tunas anakan yang diambil adalah tunas anakan mata tombak / daun belum mekar dengan ukuran 20—4OCm.
3.2.5        Pelaksanaan Kultur Jaringan
Tunas diberi lebel dibiarkan selama 5 (lima) hari kemudian dikupas sampai ukuran + 5 Cm. Direndam dalam air deterjen sambil dikocok-kocok + 10 menit. Selanjutnya dibilas berulang-ulang sampai benar-benar bersih. Kemudian tunas ini direndam dalam clorox 30  % + 30 menit , 20 %, 10 %, 5 % dan 1 %. Masing-masing selama 30 menit, 20 menit, 10 menit, 5 menit dan 1 menit, Saat merendam diletakkan dalam shaker dan setiap pergantian konsentrasi clorox harus dicuci dan dikupas sampai tunas yang disebut eksplan siap tanam mencapai ukuran + 1,5 x 1,5 Cm. Eksplan direndam dalam aquades diperkecil jadi ukuran 1 x I Cm, kemudian dibelah  jadi 4 bagian, direndam lagi dalam Ascorbid Acid 0,1 % + 10 menit dan langsung di tanam. Pekerjaan ini dilakukan dalam Laminar Flow.
3.2.6        Aklimatasi
Mulai pengambilan eksplan sampai tanaman kultur siap diaklimatisasi memakan waktu l0—l2bujan,
Tahap aklimatisasi adalah tahap adaptasi planlet (tanaman kecil hasil kultur jaringan) terhadap lingkungan luar. Sebelum diaklimatisasi, planlet-planlet dalam botol ditempatkan pada kondisi lingkungan dengan 50 % cahaya matahri selama 2 — 3 minggu. Pelantet - pelantet dikeluarkan dari botol dengan bantuan  kawat yang ujungnya bengkok, kemudian dibersihkan dari media yang menempel. Planlet diklasifikasikan dalam (tiga) kelompok berdasarkan ukuran, yaitu: Besar (.>5 Cm), sedang (3-5 Cm). dan kecil (< 3 cm). Akar .planlet direndam dalam larutan fungisida selama + 30 detik, kemudian ditanamkan dalam polybag dengan media campuran pasir +pupuk kandang/ arang sekam + tanah hitam dengan perbandingan 1:1:1. Polybag disusun dibawah nanungan dan lakukan pemeliharaan. Kira-kira 3 —4 bulan kemudian anakan pisang siap ditanam di lapangan.
3.2.7        Sertifikasi Benih
Pelaksanaan perbanyakan tanaman pisang secara invitro ini walaupun sudah terjamin kesterilannya tapi sertifikasi/ pelebelan tetap dikeluarkan dan disyahkan oleh BPSB (Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih ).Waktu pemeriksaan oleh petugas BPSB adalah:
a.       Pemeriksaan Pendahuluan, dilakukan sebelum pengambilan tunas di lapangan.
b.      Perneriksaan I. Dilakukan saat pengambilan tunas
c.       Pemeriksaan II, dilakukan pada saat proses pe1akanaan kultur di laboratorium pada setiap tahap multifikasi
d.      Pemeriksaan III , dilakukan 7 (tujuh) hari sebelum disalurkan.




BAB IV
PEMBAHASAN

4.1  Alat dan Bahan yang Terdapat Pada Laboratorium Kultur Jaringan Balai Benih Dinas Tanaman Pangan Provinsi Riau

a.    Bahan-Bahan
·      Bahan tanaman antara lain : pucuk, tunas, tangkai dan buah (biji)
·      Bahan sterilisasi : alkohol, formalin, Clorox, dll
·      Bahan hormone untuk pertumbuhan tanaman antara lain Auksin, Sitokinin, Gibereli (GA3)
·      Bahan media antara lain vacant and Went cair, Knodson C, padat, MS
·      Bahan pengerjaan botol steril, kapas, plastik, tissue, agar-agar, air kelapa, allumunium foil, pisang, tomat, kertas pH semua bahan kiinia yang dibutuhkan.

b.   Peralatan

• Autoclave
• AC pengatur suhu
• Kulkas
• Timbangan analitik
• Listrik
• Oven pengering
• Blender
• Kompor gas
• Panci steinlles
• Erlemneyer berbagai ukuran
• Beaker gelas berbagai ukuran
• Botol kultur
• Petridish
• Pipet ukur
• Pisau scapel
• Gagang pisau
• Pinset panjang
• Pinset pendek
• Lampu Bunsen
• Sprayer
• Kursi kerja
• Laminaer
• Miksroskop

Kaca Pembesar
 



















Pinset Panjang dan Pinset Pendek
 




Kaca Pembesar
 









Betadine
 


Kertas Timah
 




































Timbangan Analitik
 


Oven Pengering
 




Air Steril
 








 
















Air Steril
 


Gelas Ukur
 





















4.2  MediaTanam
Media Padat Pisang (Vacin dan Went)
Untuk Pembuatan 1 Liter Media
A.    Bahan

a)      Gula pasir       
b)      Pisang raja
c)      Agar-agar
d)     Kristalon hijau
e)      Charcoal
f)       Naa     
g)      Thiainin
h)      Air kelapa
    30
    50
    9
    1,5
    1
    0,5
    1
   150
gram
gram (1 buah)
gram (1 bungkus)
gram
gram
cc
cc
cc

B.     Cara pembuatan
a.         Siapkan air aquades (dikurangi jumlah air kelapa) ditakar 850 Ml dan ambil sebagian air untuk memblender pisang (pisang diblender)
b.        Masukkan ke dalam air sambil terus di aduk agar-agar, gula, pupuk, charcoal, pisang (yang telah di blender, air kelapa 150 mL, tambahkan thiamin NAA dan dimasak sampai mendidih.
c.         Ambil sedikit bahan sampel untuk  pengukuran pH (checker) dan dicelupkan ke dalam aquades steril, tambahkan air penetral pH pada bahan (HCI / NaOH) sesuai dengan yang diinginkan.
d.        Setiap pengulangan pengukuran pH, checker dimatikan, celupkan dalam aquades steril.

Media Cair Pisang (Vacin dan Went)
Untuk Pembuatan 1 Liter Media

A.  Bahan
a) Stok A                                 1 x 100 cc                    = 100 cc
b) Stok B                                 1 x 100 cc                    = 100 cc
c) Stok C                                 1 x 10 cc                      = 10 cc
d) Stok D                                1 x 20 cc                      = 20 cc
e) NAA                                   1 x 0,5 cc                     = 100 cc
f) Thiamin                                1 x 1 cc                        = 1 cc
g) Kinetin                                1 x 1 cc                        = 1 cc
h) Glukosa                               1 x 10 cc                      = 10 cc
i) Air Kelapa                            1 x 150 cc                    = 150 cc

B.  Cara membuat
a)             Timbang glukosa (10 gram), masukkan ke dalam Erlenmeyer 1000 mL tutup dengan alumunium foil.
b)             Siapkan gelas ukur 1000 mL yang sudah bersih (steril). Kemudian masukkan bahan diatas tersebut.
c)             Air kelapa (150 cc) terlebih dahulu disaring dengan kapas, letakkan saringan teh, tambahkan aquades hingga batas 1000 mL.
d)            Masukkan kedalam Erlenmeyer 1000 mL (yang sudah diisi glukosa) sterilkan ± 1 jam.
e)             Ukur pH pada sampel. Bila tinggi, tambahkan HCl. Jika telah selesai disaring media ke cup curahkan ke Erlenmeyer yang sudah disiapkan (± 42 erlenmeyer 100 ml). kemudian sterilkan di autoclav.

Media Tabur (Untuk Anggrek)
Untuk Pembuatan 1 Liter Media

A.    Bahan :

1) Tomat                                50 gr
2) Air kelapa                         l50 mL
3) Gula pasir                                     20 gr
4) Agar-agar                          9 gr
5) Gaviota I hyponik                        1,5 gr

B.     Cara Membuat :
1.    Tomat dipotong utuh dengan kulitnya, kemudian masukkan kedalam blender.
2.    Takar air 850 mL pada gelas ukur 1000 mL (setelah dikurangi dengan air kelapa 150 mL).
3.    Ambil sebagian air, masukkan kedalam blender dan tomat diblender sampai halus.
4.    Tambahkan air kelapa kedalam air yang sudah ditakar, kemudian siapkan panic yang sudah bersih, masukkan agar-agar, gula, pupuk, cairan tomat yang sudah di blender.
5.    Tambahkan air dan air kelapa yang sudah di takar tadi dan masak sampai mendidih. Setelah masak ambil sedikit untuk sampel. Dan sampel tersebut di dinginkan untuk mengukur Ph (5,2-5,38)

4.3  Stok Hara Makro

Cara Membuat Larutan Stok A
1 Liter (50 X konsentrasi)

1)      Timbang persenyawaan NH4NO3 sebanyak 83,50 gram.
2)      Bahan yang telah ditimbang dimasukkan kedalam gelas piala bersih yang sudah berisi aquades atau air bebas ion kira-kira 700 mL kemudian diaduk hingga larut merata.
3)      Larutan tersebut kemudian dipindahkan kelabu takar 1 liter yang telah dibilas aquades. Gelas piala di bilas dengan air aquades dan air bilasan di tuangkan ke dalam labu takar (sebaiknya bilaslah dengan 50 mL aquades 2-3 kali)
4)      Kemudian ditambahkan aquades hingga volume larutan tepat 1 liter. dalam labu takar (sebaiknya bilaslah dengan 50 mL aquades 2-3 kali).
5)      Larutan telah jadi, lalu di pindahkan kedalam Erlenmeyer / botol reagent yang telah bersih ukuran 1 liter, lalu diberi label “A” dan ditutup rapat, larutan stok A disimpan pada suhu kamar.
6)      Untuk membuat I liter media di butuhkan 20 mL larutan stok A.
7)      Alat-alat yang habis dipakai segera dibersihkan dan dibilas dengan aquades.



Cara Membuat Larutan Stok B
1 Liter (50 X konsentrasi)

1.         Timbang persenyawaan KNO3 sebanyak95 gram, kemudian dilarutkan dalam gelas piala 1 liter yang telah berisi 700 mL aquades. Larutan diaduk hingga merata.
2.         Kemudian larutan dituangkan kedalam labu takar 1 liter seperti pada proses pembuatan larutan stok A.
3.    Setelah volume larutan di terakan 1 liter, larutan dipindahkan kedalam Erlenmeyer 1 liter, dan diberi label “B”.
4.    Larutan tersebut ditutup dengan rapat dan disimpan path suhu kamar.
5.    Untuk membuat 1 liter media diperlukan 20 mL larutan stok B.

Cara Membuat Larutan Stok C
1 liter (100 x Konsentrasi)

1.      Timbang persenyawaan CaCl2 H2O sebanyak 44 gram, kemudian dilarutkan dalam gelas piala 1 liter yang telah berisi 700 mL aquades.
2.      Persenyawaan Kalsium-kiorida akan membebaskan kalor bila dilarutkan dalam air, oleh karena itu, sebelum ditepatkan volumenya, larutan dibiarkan mendingin dahulu hingga suhu kamar.
3.      Setelah suhu kembali ke suhu kamar, ulangilah proses pada pembuatan larutan stok A dan B.
4.      Dalam 1 liter media MS, diperlukan 10 mL larutan stok C.
5.      Larutan stok C dapat disimpan dalam kondisi seperti pada stok A
dan stok B.



Cara Membuat Larutan Stok D
I liter (100 X konsentrasi)

1)      Timbang persenyawaan MgSO4. H2O sebanyak 37 gram dan K112P04 sebanyak 17 gram.
2)      Kemudian larutkan secara terpisah masing-masing persenyawaan tersebut dalam aquades 350 mL. setelah larut, kedua persenyawaan dituangkan dalam satu labu takar 1 liter.
3)      Proses selanjutnya sama seperti pada pembuatan stok A, B dan C.
4)      Larutan stok D dapat disimpan dalam kondisi suhu kamar.
5)      Untuk membuat media MS 1 liter, dibutuhkan 10 mL larutan stok D.

Cara Membuat Larutan Stok E
1 Liter (200 X konsentrasi)

1)      Timbang sebanyak 5,57 gram senyawa FeSO4.7H20 dan 7,45 gram NaDETA.
2)      Kedua bahan tersebut dilarutkan secara terpisah dalam kira-kira 350 mL aquades, gunakan gelas piala 1 liter.
3)      Larutan NaEDTA dipanaskan hingga 40-60°C selama beberapa menit. Kemudian tambahkan laruttan FeSO4.7H20 dan aduk hingga tercampur rata. Biarkan hingga suhu kembali ke suhu kamar.
4)      Setelah dingin, masukkan larutan campuran tersebut kedalam labu takar.
5)      Setelah volume tepat 1 liter, pindahkan kedalam Erlenmeyer botol 1 liter yang bersih dan sisinya sudah tertutup dengan alumunium foil.
6)      Larutan stok E dapat disimpan pada suhu kamar tetapi lebih baik disimpan dalam lemari es, karena larutan Fe ini peka terhadap cahaya. Maka perlu diselubungi alumunium foil pada Erlenmeyer penyimpanan.
7)      Untuk membuat 1 liter media MS, di perlukan 5 mL larutan stok E.




4.4  Komposisi Medium Murashige dan SKOOG (MS)
KODE
MG/L
STIK G /100 ML
PIPET ML/L
A. NH4NO3
1650
8,25
20
B. KNO3
1900
9,50
20
C. H3BO3
6,2
0,214
5
     KH2PO4
170
3,40
     KI
0,83
0,0166
     Na2MoO
0,25
0,005
     CoCl2
0,025
0,0005
D. CaCl2.4H2O
440
8,8
5
E. MgSO4.7H2O
370
7,4
5
    MnSO4.4H2O
32,3
0,446
    ZnSO4.7 H2O
8,6
0,172
    CuSO4.5H2O
0,025
0,0005
F. Na2EDTA
37,3
0,746
10/5
    FeSO4. 7H2O
27,8
0,556
G. Thiamine HCl
0,1
0,002
10/2
     Nicotinic Acid
0,5
0,01
     Pyridoxine Acid
0,5
0,01
     Glycine
2
0,04
H. Myo-Inositol
100
2
5
     Cystein HCl
2
0,04
5
     Casein Hydrolisate
100
2
5
     Air Kelapa
10%

     Sucrose
2%

     Agar – agar
7-9 gr/L

     Ph
5,6 – 5,8


BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1    Gambar Pisang
pisang.JPG,media tanam pisang.JPG,pisang (2).JPG,SAM_0150.JPG,SAM_0151.JPG,plantet pisang.JPG
 

5.2  Gambar Nenas


SAM_0112.JPG,SAM_0111.JPG,media tanam nenas.JPG,G:\TUGAS XII IPA\Biologi\observasi\plantet nenas.JPG











                        














5.3  Gambar Anggrek













media tanam anggrek.JPG,SAM_0104.JPG


SAM_0101.JPG,D:\Gambar Biologi\IMG_0007.jpg







Anggrek Kecil
 


Anggrek Siap Tanam di Lapa ngan
 

 


5.4 Koleksi Jenis – jenis Anggrek di Laboraturium Kultur Jaringan

No
Jenis Anggrek
Kode
Keterangan
1
Vanda
V.223
Merah coklat x Biru spot
2

(Sansat Blue x Gordon Dillon Blue Spot
3
V.195
Merah besar x Putih.pink garis merah
4

(Kultana Gold/ Lenawet – Dian x Katsuura
5
V.2096
Kuning x Kuning
6

(Udom Gold – Airbag /Charle Good Feliow x Dores Golden Heritage /Rasri Gold
7
V. TU Et
Tanah Ungu (Eti)
8
V. TUB O
Tanah Ungu Besar (Odo)
9
V. TUL O
Tanah Ungu Lidi (Odo)
10
V. TUJ O
Tanah Ungu Bintik Lebar (Odo)
11
V. TUBL O
Tanah Ungu Bintik Lebar (Odo)
12
V.GU O
Gantung Ungu (Odo)
13
V.TC O
Tri Color (Odo)
14
C. MP O
Mimi Palmer (Odo)
15
Gg R O
Gigenrea Red (Odo)
16
Gg W O
Gigenta White (Odo)

1
Debdobium
E.62
Coklat Merah Melintir x Putih Biru Melintir


(Margereth Tatcher x Fuchs Blu Twish)


Coklat  Kehitaman x kuning merah melintir

E. 638
(Ly’s Kehitaman x Lasianthera Hong)

SP. 79
Kuning Coklat Merah Melintir (Lasianthera Hong)

KLU
Kuning Lidah Ungu

BTC
Berhacong (Ungu Pekat)

6

JKT M
Jakarta Molek (Ungu Coklat)
7
PTH. LU
Putih Lida Ungu ( Fatahillah)
8
K
Kuning
9
BTC x Blue CG
Bertacong Blu x Conser Granet
10
SP
Spectabile
11
SB x DP
Sonia Boum x Dicaplium
12
UKC. FZ
Ungu Kecil (Pohon Induk Fauzi Saleh)
13
UKC. Emi
Ungu Kecil (Pohon Induk Emi)
14
BK White
Bangko Putih
15
UGR
Ungu Garis (Strip)
16
229
Ungu Keriting x Slefing a 2000 Ungu besar
17
N. 100
Nindii x nindii warna Coklat Lidah Besar Strip Spesies dari Papua
18
N. 23
Kuning Keunggulan
19
225
Dendegelar Red /Merah Bata
20
217
My nui Kuning Lidah Ungu
21
BSF
Black Spider Fielik (Hitam Melintir)
22
DU
D.Schuleri Undulatum bunga Kuning agak kering
23
DRT.SP
Doritis Sp (Anda)
24
AB
Arri Beuty (Warna pucuk daun lidah merah hati)
25
DL x DC x DM
D. Lys Pride x D. Celleber Star x D. Mirbelia num

26
UBLM
Ungu Bata Lebih Merah
27
HBO.2411
D. Discolor x D. Muangthar/Affine/Thari Ruby)
28
(KPM)
(Kuning Putih Melintir)
29
KA.HLU
Kuning Agak Hijau Muda Ungu
30
Rose x Ind E
Rosserry x indinesia Emaa (Osin)
31
UG.Krt
Ungu Garis Keriting (Siti)
32
SJ
Srikandi Jaya/Ungu Agak Memanjang
33
UT.Rg
Ungu Terung
34

PTh.Krt.Hja
Putih Keriting Iria Jaya (Anda)
35
DN. Cream
Deni Cream Lidah Agak Ungu
36
Deni
Petal dan Sepal Ungu Muda dan Ungu Putih (Deni)
37
U.PJ.BBO
Ungu Panjang (BBI)
38
U.Krt.Kc.Dn
Ungu Keriting Kecil (Deni)
39
PTh.Pjg.BBI
Putih Panjang BBI
40
U.G.Pjg
Ungu Garis Panjang (Siti)
41
U.Pgr.Pth
Ungu Pinggir Putih (Siti)
42
M.Agr
Merah Anggur
43
U.Kng.st
Ungu Kuning (Siti)
44
KLU
Kuning Lidah Ungu
45
UGK
Ungu Garis Kuat
46
AGRM
Ungu Garis Kuat
47
UA.Krt
Ungu Agak Keriting


1
Phalae Onopsis
B.PK
Bulan Warna Pink
2
B.PTH
Bulan Warna Putih
3
B.UG
Bulan Warna Ungu
4
Ph.UK
Ungu Kecil (Siti)


1
Cattlya
2342
Lucky moment best of slow x Pasatoral warna orange lidah kuning strip merah
2
KLUG
Kuning Lidah Ungu
3
UO
Ungu (Odo)
4
16.Kolbu
Kuning Oron Lidah dalam Ungu
5
18 CCAK
Cream Lidah Agak Kuning
           



BAB VI
PENUTUP

6.1  Kesimpulan
Dari observasi yang dilakukan ke Laboraturium Kultur Jaringan dapat disimpulkan bahwa:
1.      Kultur jaringan sangat banyak keuntungannya, selain menghasilkan uang juga menghasilkan bibit-bibit unggul
2.      Kultur jaringan sangat membantu untuk memperbanyak tanaman yang hampir punah
3.      Kultur jaringan perlu dikembangkan karena pada zaman sekarang banyak lahan gundul sehingga bibit-bibit dari hasil kultur dapat ditanam di lahan tersebut
6.2  Saran
Dari observasi yang dilakukan penulis menyampaikan beberapa sarannya diantaranya:
1.      Hendaknya jenis tanaman yang dikultur ditamabah lagi
2.      Saat melakukan observasi hendaknya mengambil gambar yang lengkap karena ini akan sangat membantu dalam penulisan laporan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar