Cari Blog Ini

Kamis, 15 Maret 2012

laporan pratikum kimia membuat sabun

Views

LAPORAN  PRATIKUM KIMIA

” Membuat Sabun”



















Disusun Oleh

Herni Uswatun Hasanah


Guru Pembimbing
Agustina Susilawati. M.Pd


SMA Negeri 9 Siak
Kecamatan Lubuk Dalam Kabupaten Siak
Tahun Pelajaran 2011/2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya karya ilmiah ini. Karena hanya dengan rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan karya ilmiah iniuntuk memenuhi tugas Kimia dengan judul “Pembuatan Sabun”. Karya Ilmiah ini kami susun dengan tujuan sebagai syarat mengikuti ujian praktek Kimia.
Disamping itu karya ilmiah ini kami susun untuk mengetahui bagaimana cara membuat sabun. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih atas dukungan semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya karya ilmiah ini,yaitukepada:
1.      Drs. Sawirman; yang telah member izin dilakukannya praktikum,
2.      Suarnalis S.pd; selaku guru bioligi SMA Negeri 9 Siak yang telah membimbing kami dalam melakukan pratikum dan menyelesaikan makalah ini.
3.      Orang Tua kami; yang bersedia memberikan saya waktu luang untuk menyelesaikan makalah ini;
4.      Teman-teman yang telah membantu kami dalam mengumpulkan data percobaan.

Kami  berharap karya ilmiah ini dapat digunakan sebagai referensi untuk menyusun laporan serupa pada masa yang akan datang. Selain itu kami  berharap semoga karya ilmiah ini dapat menambah pengetahuan pembaca dan dapat berguna bagi siapapun yang membacanya. Kami menyadari bahwa tidak ada satu hal pun di dunia ini yang memiliki kesempurnaan, begitu juga dengan karya ilmiah ini. Kami sangat mengharapkan partisipasi Ibu Roslina Siregar dan teman-teman dalam bentuk kritik dan saran yang konstruktif guna menyempurnakan karya ilmiah ini.

Lubuk Dalam,


Penulis


DAFTAR ISI


Kata Pengantar------------------------------------------------------------------------------------------- i
Daftar Isi--------------------------------------------------------------------------------------------------- ii
BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang------------------------------------------------------------------- 1
1.2. Rumusan Masalah--------------------------------------------------------------- 4
1.3. Tujuan Penelitian---------------------------------------------------------------- 4
1.4. Manfaat Penelitian--------------------------------------------------------------- 4
BAB II Landasan Teori
2.1. Pengenalan Sabun--------------------------------------------------------------- 5
2.2. Macam – Macam Sabun--------------------------------------------------------- 6
2.3. Macam – Macam Sabun Berdasarkan Ion Yang Dikandungnya---------------- 6
2.4. Bahan Baku Utama Pembuatan Sabun------------------------------------------ 7
2.5. Bahan Baku Pendukung Pembuatan  Sabun------------------------------------ 10
2.6. Karateristik Memilih  Bahan Baku Sabun--------------------------------------- 11
2.7. Sifat – Sifat Sabun--------------------------------------------------------------- 12
2.8. Metode – Metode Pembuatan Sabun-------------------------------------------- 13
2.9. Reaksi Saponifikasi ------------------------------------------------------------- 13
2.10. Pembuatan Sabun  Dalam  Industri -------------------------------------------- 16
BAB III Pembahasan
3.1. Alat Dan Bahan------------------------------------------------------------------ 19
3.2. Cara Kerja----------------------------------------------------------------------- 19
3.3. Hasil Praktikum------------------------------------------------------------------ 20
BAB  IV Penutup
4.1. Kesimpulan---------------------------------------------------------------------- 22
4.2. Saran----------------------------------------------------------------------------- 22
Daftar Pustaka-------------------------------------------------------------------------------------------- iv




BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Asal dari kebersihan pribadi kembali ke zaman prasejarah. Sejak air menjadi bagian yang penting untuk kehidupan, orang pertama hidup dekat air dan tahu sesuatuapa itu properti kebersihan - sedikitnya bagaimana membilas lumpur ke tanganmereka.Benda mirip sabun ditemukan dalam bentuk tabung saat penggalian diBabilonia Kuno adalah fakta tentang pembuatan sabun diketahui pada tahun 2800SM. Persembahan di tabung mengatakan bahwa lemak direbus dengan abu, dimana adalah metoda membuat sabun, tetapi tidak mengenai kegunaan sabun itu. Beberapa bahan terakhir digunakan untuk penggaya rambut.Catatan memperlihatkan bahwa orang Mesir Kuno mandi biasa. Papirus Eber,dokumen kesehatan dar sekitar tahun 1500 SM, mendeskripsikan kombinasi minyak hewani dan nabati dengan garam alkali untuk membuat bahan sejenis sabun untuk menyembuhkan penyakit kulit, juga untuk membersihkan.Di waktu yang sama, Musa memberi orang Israel peraturan pemerintahkebersihan pribadi. Dia juga menghubungkan kebersihan untuk kesehatan dan penyucian agama. Laporan Injil mengusulkan bahwa orang Israel tahu bahwacampuran abu dan produk minyak adalah jenis dari gel rambut.

Orang Yunani Kuno mandi untuk alasan estetik dan rupanya tidamenggunakan sabun. Malahan, mereka membersihkan tubuh mereka dengan balok lilin, pasir, batu apung dan abu, juga meminyaki tubuh dengan minyak, menggesek minyak dan kotoran dengan peralatan metal yang disebut strigil. Mereka jugamenggunakan minyak dengan abu. Baju dicuci tanpa sabun di sungai.Sabun mendapatkan nama, diantara legenda Romawi Kuno, dari GunungSapo, dimana binatang dikorbankan. Hujan membersihkan campuran dari lemak hewani mencair, atau lemak dan abu kayu dibawah menjadi lilin di sepanjang SungaiTiber. Para wanita menemukan bahwa campuran lilin membuat pembersih merekadengan lebih kurang usaha. Orang Jerman Kuno dan Gaul juga memasukkan dengan memjelajahi sesuatu bernama sabun, terbuat dari lemak dan abu, digunakan untuk mewarnai rambutmereka menjadi merah.

Ketika peradaban Romawi maju, jadi selalu mandi. Tempat mandi Romawiterkenal pertama, terdapat dengan air dari saluran air, dibangun sekitar tahun 312 SM.Mandi sangatlah mewah, dan mandi menjadi populer. Di abad-ke 2 Masehi, dokter Yunani, Galen menganjurkan sabun untuk pengobatan dan pembersih.Setelah musim gugur di Roma di 467 Masehi dan hasilnya kebiasaan mandimenurun, lebih banyak di lakan Eropa pengaruh yang kuat di kesehatan publik  berganti-berganti.Menurunnya kebersihan pribadi dan berhubungan kondisikehidupan tanpa sanitasi menambah beratnya wabah besar di Abad Pertengahan, dankhususnya Kematian Hitam di abad ke-14. Itu tidak sampai abad ke-17 bahwakebersihan dan mandi memulai untuk kembali ke kebiasaan di banyak tempat diEropa. Masih sudah di mana tempat di pertengahan dunia dimana kebersihan pribaditersisa penting di pertengahan dunia. Mandi harian adalah adat yang biasa di Jepangsaat Abad Pertengahan. Dan, di Islandia, kolam hangat dengan air dari mata air panasadalah perkumpulan populer di Sabtu sore.

Pembuatan sabun adalah keahlian yang tidak bisa dipungkiri di Eropa di abadke-17. Pembuat sabun serikat pekerja terlindungi perdagangan rahasia mereka ditutup.Minyak nabati dan hewani digunakan dengan arang tanaman, terus dengan pewangi.Secara berangsur-angsur jenis sabun yang lebih banyak lagi menjadi tersedia untuk mencukur dan mencuci rambut, juga mandi dan mencuci.Italia, Spanyol dan Perancis adalah pusat manufaktur pertama sabun,seharusnya mereka siap menyediakan bahan mentah seperti minyak pohon zaitun.Orang Inggris mulai membuat sabun saat abad ke 12. Bisnis sabun sangat baik padatahun 1622, Raja James I mengabulkan monopoli kepada pembuat sabun untuk $100.000 setahun. Baik ke abad ke-19, sabun adalah pajak tertinggi sehingga menjadi barang mewah di beberapa negara. Ketika pajak dihapuskan, sabun menjadi tersediauntuk orang biasa, dan standar kebersihan meningkat.
Pembuatan sabun komersial di Amerika kolonial dimulai pada tahun 1608dengan datangnya beberapa pembuat sabun di kapal kedua dari Inggris untuk mencapai Jamestown, Virginia. Bagaimanapun, untuk beberapa tahun, pembuatansabun pada dasarnya tinggal pekerjaan rumah tangga. Akhirnya, pembuat sabun profesional mulai biasa mengumpulkan pemborosan lemak dari rumah tangga, di perubahan untuk beberapa sabun.

Langkah utama terhadap pembuatan sabun komersial skala besar terjadi padatahun 1791 ketika kimiawan Perancis, Nicholas Leblanc, mematenkan proses untuk membuat abu soda, atau sodium karbonat, dari garam biasa. Abu soda adalah alkaliterdapat dari abu bahwa kombinasi dari lemak ke bentuk sabun. Leblanc memproseshasil kuantitas dari kualitas baik, abu soda murah.Sains dari pembuatan sabun modern lahir 20 tahun kemudian dengan pemjelajahan oleh Michel Eugene Chevreul, kimiawan Perancis lainnya, dari kimiaalam and lemak yang terkait, gliserin dan asam lemak. Penelitiannya yang tidak bisadipungkiri dasar untuk lemak dan bahan kimia sabun.Juga penting kepada kemajuan dari teknologi sabun di pertengahan 1800-an penemuan oleh kimiawan Belgia, Ernest Solvay, dari proses amonia, di mana jugamenggunakan garam meja biasa, atau sodium klorida, untuk membuat abu soda.Proses Solvay lebih lanjut dikurangi harga dari mendapat alkali, dan menambahkualitas dan kuantitas dari abu soda tersedia untuk manufaktur sabun.Penjelajahan sains ini, bersama dengan pembangunan dari kekuatan untuk mengoperasikan pabrik, membuat satu pembuatan sabun di pertunbuhan cepat industriAmerika di tahun 1850. Di waktu yang sama, ketersediaan luas mengubah sabun dari barang mewah ke kebutuhan sehari-hari. Dengan penggunaan tersebar luas inimenjadi perkembangan dari sabun yang lebih lembut untuki mandi dan sabun untuk digunakan di dalam mesin cuci itu sudah tersedia untuk konsumen dengan pergantianabad.

Bahan kimia dari manufaktur sabun dasarnya tinggal sama sampai tahun 1916,ketika deterjen sintetik pertama berkembang di Jerman di jawaban ke Perang Dunia I berkaitan kekurangan lemak untuk membuat sabun. Diketahui sekarang dengansederhana deterjen, deterjen sintetis adalah pembersih non-sabun dan produk  pembersih itu adalah menjadi satu atau mengambil bersama dari jenis bahan mentah.Penjelajahan dari deterjen juga diterbangkan oleh kebutuhan untuk alat kebersihan itu,tidak seperti sabun, tidak akan dikombinasi dengan garam mineral di air untuk membentuk sesuatu yang tidak dapat dipecahkan diketahui itu adalah dadih sabun.Produksi deterjen rumah tangga di Amerika Serikat dimulai di awal tahun1930-an, tetapi tidak benar-benar membuka sampai akhir Perang Dunia II. Waktu perang berhentinya persediaan lemak dan minyak juga militer membutuhkan untuk alat kebersihan itu akan bekerja di air laut kaya mineral dan di air dingin mempunyailebih lanjut merangsang meneliti di deterjen.Deterjen pertama digunakan terutama untuk mencuci piring dan mencuci baju bahan lembut. Penerobosan di perkembangan dari detergen untuk mencuci baju serbaguna digunakan muncul pada tahun 1946, ketika deterjen pembangun (berisisurfaktan/kombinasi pembangun)dikenalkan di Amerika Serikat. Surfaktan adalah produk deterjen bahan pembersih dasar, saat pembangun membantu surfaktan untuk  bekerja lebih efisien. Senyawa fosfat digunakan sebagai pembangun di detergen inisangat meningkat perfomanya, membuat mereka cocok untuk mencuci baju dengantingkat kekotoran berat.Di tahun 1953, penjualan deterjen di negara ini memiliki itu melebihi sabun.Kini, detergen memiliki semua tetapi menggantikan produk dengan dasar sabun untuk mencuci baju, mencuci piring dan pembersih rumah tangga. Deterjen (sendiri atau berkombinasi dengan sabun) adalah juga penemuan di banyak dari penggunaan batangan dan cair untuk pembersih pribadi.Sejak prestasi di deterjen dan bahan kimia pembangun itu, aktivitas produk  baru memiliki lanjutan utntuk fokus ke membangun produk pembersih praktis danmudah untuk digunakan, juga menyelamatkan konsumen dan untuk lingkungan.

1.2    Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah cara pembuatan sabun berbahan dasar minyak ?
2.      Apakah hasilnya akan sama dengan sabun yang dijual di pasar ?
3.      Bagaimana hasil dari pratikum yang dilakukan ?

1.3  Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan sabun dengan bahan dasar minyak.
2.      Untuk mengetahui reaksi yang terbentuk dalam pembuatan sabun.
3.      Untuk mengetahui apa saja yang terbentuk saat pembuatan sabun.

1.4  Manfaat Penelitian
1.      Agar dapat menjadi pelajaran dan pengetahuan tambahan
2.      Selain itu juga dapat mengetahui bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan sabun


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1    Pengenalan Sabun
Sabun merupakan bahan logam alkali dengan rantai asam monocarboxylicyang panjang. Larutan alkali yang digunakan dalam pembuatan abun bergantung pada jenis sabun tersebut. Larutan alkali yang biasa yang digunakan pada sabun kerasadalah Natrium Hidroksida (NaoH) dan alkali yang biasa digunakn pada sabunlunak adalah Kalium Hidroksida (KOH).

Sabun berfungsi untuk mengemulsi kotoran kotoran berupa minyak ataupunzat pengotor lainnya. Sabun dibuat melalui proses saponifikasi lemak minyak denganlarutan alkali membebaskan gliserol. Lemak minyak yang digunakan dapat berupalemak hewani, minyak nabati, lilin, ataupun minyak ikan laut.Pada saat ini teknologi sabun telah berkembang pesat. Sabun dengan jenis dan bentuk yang bervariasi dapat diperoleh dengan mudah dipasaran seperti sabun mandi,sabun cuci baik untuk pakaian maupun untuk perkakas rumah tangga, hingga sabunyang digunakan dalam industri.Kandungan zat zat yang terdapat pada sabun juga bervariasi sesuai dengansifat dan jenis sabun. Zat zat tersebut dapat menimbulkan efek baik yang menguntungkan maupun yang merugikan. Oleh karena itu, konsumen perlu memperhatikan kualitas sabun dengan teliti sebelum membeli dan menggunakannya.Pada pembuatan sabun, bahan dasar yang biasa digunakan adalah :
C12– C18 Jika : < C12 : Iritasi pada kulit> C 20 : Kurang larut (digunakan sebagai campuran). Sabun murni terdiri dari 95% sabun aktif dan sisanya adalah air, dliserin,garam dan impurity lainnya.Semua minyak atau lemak pada dasarnya dapatdigunakan untuk membuat sabun. Lemak dan minyak nabati merupakan dua tipeester. Lemak merupakan campuran ester yang dibuat dari alcohol dan asamkarboksilat seperti asam stearat, asam oleat dan asam palmitat. Lemak padat mengandung ester dari gliserol dan asam palmitat, sedangkan minyak, seperti minyak zaitun mengandung ester dari gliserol asam oleat.Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun sendiri tidak pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan campuran antara senyawa alkali dan lemak/minyak

Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan senyawa alkali (basa). Bahan pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk menambah kualitas produk sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan pendukung yang umum dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya natrium klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, parfum, dan pewarna.

2.2    Macam Macam Sabun
a.       Shaving Cream
Shaving Cream disebut juga dengan sabun Kalium. Bahan dasarnya adalah campuran minyak kelapa dengan asam stearat dengan perbandingan 2:1.
b.      Sabun Cair
Sabun cair dibuat melalui proses saponifikasi dengan menggunakan minyak  jarak serta menggunakan alkali (KOH). Untuk meningkatkan kejerniha nsabun, dapat ditambahkan gliserin atau alcohol.
c.       Sabun kesehatan
Sabun kesehatan pada dasarnya merupakan sabun mandi dengan kadar parfumyang rendah, tetapi mengandung bahan-bahan antiseptic dan bebas dari bakteriadiktif. Bahan-bahan yang digunakan dalam sabun ini adalah tri-salisil anilida,tri-klor carbanilyda, irgassan Dp300 dan sulfur.
d.      Sabun Chip
Pembutan sabun chip tergantung pada tujuan konsumen didalammenggunakan sabun yaitu sebagai sabun cuci atau sabun mandi dengan beberapa pilihan komposisi tertentu. Sabun chip dapat dibuat dengan berbagaicara yaitu melalui pengeringan, atau menggiling atau menghancurkan sabunyang berbentuk batangan.
e.       Sabun Bubuk untuk mecuci
Sabun bubuk dapat diproduksi melalui dry-mixing . Sabun bubuk mengandung bermacam-macam komponen seperti sabun, sodasah, sodium metaksilat,sodium karbonat, sodium sulfat, dan lain-lain.
 
2.3     Macam – Macam Sabun Berdasarkan Ion Yang Dikandungnya
a)    Cationic Sabun
Sabun yang memiliki kutub positif disebut sebagai kationic detergents.Sebagai tambahan selain adalah bahan pencuci yang bersih, mereka juga mengandung sifat antikuman yang membuat mereka banyak digunakan padarumah sakit. Kebanyakan sabun jenis ini adalah turunan dari ammonia.
b)    Anionic Sabun
 Sabun jenis ini adalah merupakan sabun yang memiliki gugus ion negatif.
c)    Neutral atau Non Ionic Sabun
Nonionic sabun banyak digunakan untuk keprluan pencucian piring. Karenasabun jenis ini tidak memiliki adanya gugus ion apapun, sabun jenis ini tidak  beraksi dengan ion yang terdapat dalam air sadah. Nonionic sabun kurangmengeluarkan busa dibandingkan dengan ionic sabun.

2.4    Bahan Baku Utama Pembuatan Sabun
Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi dengangliserol. Masing masing lemak mengandung sejumlah molekul asam lemak dengan rantai karbon panjang antara C12(asam laurik) hingga C18 (asam stearat) pada lemak  jenuh dan begitu juga dengan lemak tak jenuh. Campuran trigliserida diolah menjadisabun melalui proses saponifikasi dengan larutan natrium hidroksida membebaskan gliserol. Sifat sifat sabun yang dihasilkan ditentukan oleh jumlah dan komposisi darikomponen asam asam lemak yang digunakan. Komposisi asam asam lemak yangsesuai dalam pembuatan sabun dibatasi panjang rantyai dan tingkat kejenuhan. Padaumumnya, panjang rantai yang kurang dari 12 atom karbon dihindari penggunaanya karena dapat membuat iritasi pada kulit, sebaliknya panjang rantai yang lebih dari 18atom karbon membentuk sabun yang sukar larut dan sulit menimbulkan busa. Terlalu besar bagian asam asam lemak tak jenuh menghasilkan sabun yang mudah teroksidasi bila terkena udara. Alasan alasan diatas, factor ekonomis, dan daya jual menyebabkan lemak dan minyak yang dibuat menjadi sabun terbatas.Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap sehingga titik lelehnya lebihrendah daripada asam lemak jenuh yang tak memiliki ikatan rangkap, sehingga sabun yang dihasilkan juga akan lebih lembek dan mudah meleleh pada temperatur tinggi.

Jenis-jenis Minyak atau Lemak Jumlah minyak atau lemak yang digunakan dalam proses pembuatan sabunharus dibatasi karena berbagai alasan, seperti : kelayakan ekonomi, spesifikasi produk (sabun tidak mudah teroksidasi, mudah berbusa, dan mudah larut), dan lain-lain.Beberapa jenis minyak atau lemak yang biasa dipakai dalam proses pembuatan sabundi antaranya :
Tallow
Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri pengolahan daging sebagai hasil samping. Kualitas dari tallow ditentukan dari warna,titer (temperatur solidifikasi dari asam lemak), kandungan FFA, bilangan saponifikasi,dan bilangan iodin. Tallow dengan kualitas baik biasanya digunakan dalam pembuatan sabun mandi dan tallow dengan kualitas rendah digunakan dalam pembuatan sabun cuci. Oleat dan stearat adalah asam lemak yang paling banyak terdapat dalam tallow. Jumlah FFA dari tallow berkisar antara 0,75-7,0 %. Titer padatallow umumnya di atas 40°C. Tallow dengan titer di bawah 40°C dikenal dengannama grease.
Lard
Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asamlemak tak jenuh seperti oleat (60 ~ 65%) dan asam lemak jenuh seperti stearat (35 ~40%). Jika digunakan sebagai pengganti tallow, lard harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu untuk mengurangi ketidak jenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari lard berwarna putih dan mudah berbusa.
Palm Oil (minyak kelapa sawit)
Minyak kelapa sawit umumnya digunakansebagai pengganti tallow. Minyak kelapa sawit dapat diperoleh dari pemasakan buahkelapa sawit. Minyak kelapa sawit berwarna jingga kemerahan karena adanyakandungan zat warna karotenoid sehingga jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun harus dipucatkan terlebih dahulu. Sabun yang terbuat dari 100% minyak kelapa sawit akan bersifat keras dan sulit berbusa. Maka dari itu, jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun, minyak kelapa sawit harusdicampur dengan bahan lainnya.
Coconut Oil (minyak kelapa)
Minyak kelapa merupakan minyak nabati yangsering digunakan dalam industri pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan diperoleh melalui ekstraksi daging buah yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat,sehingga minyak kelapa tahan terhadap oksidasi yang menimbulkan bau tengik.Minyak kelapa juga memiliki kandungan asam lemak kaproat, kaprilat, dan kaprat.

Palm Kernel Oil (minyak inti kelapa sawit)
Minyak inti kelapa sawitdiperoleh dari biji kelapa sawit. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak yang mirip dengan minyak kelapa sehingga dapat digunakan sebagai pengganti minyak kelapa. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak tak jenuh lebihtinggi dan asam lemak rantai pendek lebih rendah daripada minyak kelapa.
Palm Oil Stearine (minyak sawit stearin)
Minyak sawit stearin adalah minyak yang dihasilkan dari ekstraksi asam-asam lemak dari minyak sawit dengan pelarut aseton dan heksana. Kandungan asam lemak terbesar dalam minyak ini adalahstearin.
Marine Oil
Marine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut. Marineoil memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang cukup tinggi, sehingga harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan baku.
Castor Oil (minyak jarak)
Minyak ini berasal dari biji pohon jarak dan digunakan untuk membuat sabun transparan.
Olive oil (minyak zaitun)
Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak zaitun dengan kualitas tinggi memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal dari minyak zaitun memiliki sifat yang keras tapi lembut bagi kulit.
Campuran minyak dan lemak 
Industri pembuat sabun umumnya membuat sabun yang berasal dari campuran minyak dan lemak yang berbeda. Minyak kelapa sering dicampur dengan tallow karena memiliki sifat yang saling melengkapi. Minyak kelapa memiliki kandungan asam laurat dan miristat yang tinggi dan dapat membuat sabun mudah larut dan berbusa. Kandungan stearat dan dan palmitat yang tinggi dari tallow akan memperkeras struktur sabun.

Bahan Baku Utama : Alkali
Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH,KOH, Na2,CO3, NH4,OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal dengansoda kaustik dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Na2,CO3 (abu soda/natrium karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak). Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa tersebutdapat digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang dihasilkan sangat mudah larut dalam air, mudah berbusa, dan mampu menurunkan kesadahan air.

Sabun yang terbuat dari ethanolamines dan minyak kelapa menunjukkan sifatmudah berbusa tetapi sabun tersebut lebih umum digunakan sebagai sabun industridan deterjen, bukan sebagai sabun rumah tangga. Pencampuran alkali yang berbedasering dilakukan oleh industri sabun dengan tujuan untuk mendapatkan sabun dengan keunggulan tertentu.

2.5    Bahan Bahan Pendukung Pembuatan Sabun
Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan sabun hasil saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai sabunmenjadi produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan-bahan aditif.
a.     NaCl
NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. Kandungan NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi didalam sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan umumnya berbentuk air garam (brine) atau padatan (kristal). NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin. Gliserin tidak mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya yang tinggi, sedangkan sabun akan mengendap. NaCl harus bebas dari besi, kalsium, dan magnesium agar diperoleh sabun yang berkualitas.
b.    Bahan aditif 
Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun yang bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik konsumen.Bahan-bahan aditif tersebut antara lain : Builders, Fillers inert, Anti oksidan,Pewarna,dan parfum
c.      Builders (Bahan Penguat)
Builders digunakan untuk melunakkan air sadah dengan cara mengikatmineral mineral yang terlarut pada air, sehingga bahan bahan lain yang berfungsi untuk mengikat lemak dan membasahi permukaan dapat berkonsentrasi pada fungsi utamanya. Builder juga membantumenciptakan kondisi keasaman yang tepat agar proses pembersihan dapat berlangsung lebih baik serta membantu mendispersikan danmensuspensikan kotoran yang telah lepas. Yang sering digunakan sebagai builder adalah senyawa senyawa kompleks fosfat, natrium sitrat, natriumkarbonat, natrium silikat atau zeolit.
d.    Pewarna
Bahan ini berfungsi untuk memberikan warna kepada sabun. Ini ditujukan agar memberikan efek yang menarik bagi konsumen untuk mencoba sabun ataupun membeli sabun dengan warna yang menarik. Biasanya warnawarna sabun itu terdiri dari warna merah, putih, hijau maupun orange.
e.     Parfum
Parfum termasuk bahan pendukung. Keberadaaan parfum memegang peranan besar dalam hal keterkaitan konsumen akan produk sabun.Artinya, walaupun secara kualitas sabun yang ditawarkan bagus, tetapi bilasalah memberi parfum akan berakibat fatal dalam penjualannya. Parfumuntuk sabun berbentuk cairan berwarna kekuning kuningan dengan berat jenis 0,9. Dalam perhitungan, berat parfum dalam gram (g) dapatdikonversikan ke mililiter. Sebagai patokan 1 g parfum = 1,1ml. Padadasarnya, jenis parfum untuk sabun dapat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu parfum umum dan parfum ekslusif. Parfum umum mempunyai aroma yangsudah dikenal umum di masyarakat seperti aroma mawar dan aromakenanga. Pada umumnya, produsen sabun menggunakan jenis parfum yangekslusif. Artinya, aroma dari parfum tersebut sangat khas dan tidak ada produsen lain yang menggunakannya. Kekhasan parfum ekslusif inidiimbangi dengan harganya yang lebih mahal dari jenis parfum umum.Beberapa nama parfum yang digunakan dalam pembuatan sabundiantaranya bouquct deep water, alpine, dan spring flower.

2.6    Karakteristik Memilih Bahan Baku Sabun
Ada beberapa karaktersitik yang perlu diperhatikan dalam memilih bahandasar sabun antara lain:
Ê Warna
Lemak dan minyak yang berwarna terang merupakan minyak yang bagusuntuk digunakan sebagai bahan pembuatan sabun.
Ê Angka Saponifikasi
Angka Saponifikasi adalah angka yang terdapat pada milligram kalimhidroksida yang digunakan dalam proses saponifikasi sempurna pada satugram minyak. Angka saponifikasi digunakan untuk menghitung alkali yang dibutuhkan dalam saponifikasi secara sempurna pada lemak atau minyak.

Ê Bilangan Iod
Bilangan iod digunakan untuk menghitung katidakjenuhan minyak atau lemak,semakin besar angka iod, maka asam lemak tersebut semakin tidak jenuh. Dalam pencampurannya, bilangan iod menjadi sangat penting yaitu untuk mengidentifikasi ketahanan sabun pada suhu tertentu.

2.7    Sifat Sifat Sabun
a)    Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akandihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa.CH3(CH2)16 COONa + H2O CH3(CH2)16 COOH + OH-
b)   Jika larutan sabun dalam air diaduk, maka akan menghasilkan buih, peristiwaini tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air mengendap.CH3(CH2)16 COONa + CaSO4 Na2 SO4 + Ca(CH3 (CH2 )16 COO)2
c)    Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimiakoloid, sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencucikotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena sabun mempunyaigugus polar dan non polar. Molekul sabun mempunyai rantai hydrogenCH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak sukaair) dan larut dalam zat organic sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam air.Non polar : CH3(CH2)16 (larut dalam minyak, hidrofobik dan juga memisahkan kotoran non polar)Polar : COONa+ (larut dalam air, hidrofilik dan juga memisahkan kotoran polar). Sabun didalam air menghasilkan busa yang akan menurunkan tegangan permukaan sehingga aii kain sehingga kain menjadi bersih. meresap lebih cepat ke permukaan kain.-Molekul sabun akan mengelilingi kotoran dengan ekornya dan mengikatmolekul kotoran. Proses ini disebut emulsifikasi karena antara molekulkotoran dan molekul sabun membentuk suatu emulsi.-Sedangkan bagian kepala molekul sabun didalam air pada saat pembilasan menarik molekul kotoran keluar dari kain sehingga kain menjadi bersih.
2.8    Metoda Metoda Pembuatan Sabun
Pada proses pembuatan sabun ini digunakan metode metode untuk menghasilkan sabun yang berkualitas dan bagus. Untuk menghasilkan sabun itudigunakanlah metode metode, yang mana metode metode ini memiliki kelebihan kelebihan dan kekurangannya masing masing.
a.     Metode Batch
Pada proses batch, lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali (NaOH atauKOH) berlebih dalam sebuah ketel. Jika penyabunan telah selesai, garamgaram ditambahkan untuk mengendapkan sabun. Lapisan air yangmengaundung garam, gliserol dan kelebihan alkali dikeluarkan dan gliseroldiperoleh lagi dari proses penyulingan. Endapan sabun gubal yang bercampur dengan garam, alkali dan gliserol kemudian dimurnikan dengan air dandiendapkan dengan garam berkali-kali. Akhirnya endapan direbus dengan air secukupnya untuk mendapatkan campuran halus yang lama-kelamaan membentuk lapisan yang homogen dan mengapung. Sabun ini dapat dijuallangsung tanpa pengolahan lebih lanjut, yaitu sebagai sabun industri yangmurah. Beberapa bahan pengisi ditambahkan, seperti pasir atau batu apungdalam pembuatan sabun gosok. Beberapa perlakuan diperlukan untuk mengubah sabun gubal menjadi sabun mandi, sabun bubuk, sabun obat, sabun16 wangi, sabun cuci, sabun cair dan sabun apung (dengan melarutkan udara didalamnya).
b.    Metoda Kontinu
Metoda kontinu biasa dilakukan pada zaman sekarang, lemak atau minyak hidrolisis dengan air pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu dengan katalis seperti sabun seng. Lemak atau minyak dimasukkan secara kontinu dari salah satu ujung reaktor besar. Asam lemak dan gliserol yang terbentuk dikeluarkandari ujung yang berlawanan dengan cara penyulingan. Asam-asam inikemudian dinetralkan dengan alkali untuk menjadi sabun.

2.9     Reaksi Saponifikasi
Kata saponifikasi atau saponify berarti membuat sabun (Latin sapon, = sabundan –fy adalah akhiran yang berarti membuat). Bangsa Romawi kuno mulai membuatsabun sejak 2300 tahun yang lalu dengan memanaskan campuran lemak hewandengan abu kayu. Pada abad 16 dan 17 di Eropa sabun hanya digunakan dalam bidang pengobatan. Barulah menjelang abad 19 penggunaan sabun meluas.Reaksi pembuatan sabun adalah sebagai berikut : Seperti yang kita ketahui, air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O,yaitu molekul yang tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau padakondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C).Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia.Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat tidaknya zat tersebut menandingikekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya intermolekul dipol-dipol) antara molekul-molekul air.

     Gugus - OH pada alcohol di substitusi oleh atom Cl yang berasal dari asam clorida sehingga membentuk etil klorida serta air. Reaksi di atas serupa dengan reaksi saponifikasi yang akan di bahas berikut ini.


 











                 Sabun dapat dibuat melalui reaksi substitusi lemak dengan basa kuat seperti yang diuraikan sebelumnya. Reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut:
RCOONa yang merupakan garam dari natrium karboksilat dapat menjadi sabun apabila R (gugus alkil) yang diikat merupakan gugus alkil yang besar seperti – C15H31 dan – C 16H33. Hal ini terjadi karena gugus alkil yang besar memiliki sifat nonpolar, tidak seperti gugus alkil berantai pendek yang lebih bersifat polar. Apabila sabun larut dalam air akan terbentuk ion RCOO- dengan gugus R yang bersifat nonpolar dan COO- yang bersifat polar. Gugus R yang terbentuk akan mengikat pengotor yang umumnya berbentuk lemak yang bersifat nonpolar dan selanjutnya pada saat air dialirkan, air yang bersifat polar akan menarik gugus nonpolar dari sabun dan kotoran sehingga kotoran tersebut lepas dari tubuh kita. Karena sabun dibuat dari bahan baku alami yang berupa lemak, limbahnya tidak berbahaya terhadap lingkungan karena mudah diuraikan oleh mikroorganisme.

Mula-mula reaksi penyabunan berjalan lambat karena minyak dan larutan alkali merupakan larutan yang tidak saling larut (Immiscible). Setelah terbentuk sabun maka kecepatan reaksi akan meningkat, sehingga reaksi penyabunan bersifat sebagai reaksi autokatalitik, di mana pada akhirnya kecepatan reaksi akan menurun lagi karena jumlah minyak yang sudah berkurang.( Bailey’s, 1964 ).

Reaksi penyabunan merupakan reaksi eksotermis sehingga harus diperhatikan pada saat penambahan minyak dan alkali agar tidak terjadi panas yang berlebihan. Pada proses penyabunan, penambahan larutan alkali (KOH atau NaOH) dilakukan sedikit demi sedikit sambil diaduk dan dipanasi untuk menghasilkan sabun cair. Untuk membuat proses yang lebih sempurna dan merata maka pengadukan harus lebih baik. Sabun cair yang diperoleh kemudian diasamkan untuk melepaskan asam lemaknya (Levenspiel, 1972).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi penyabunan, antara lain:
1.      Konsentrasi larutan KOH/NaOH
Konsentrasi basa yang digunakan dihitung berdasarkan stokiometri reaksinya, dimana penambahan basa harus sedikit berlebih dari minyak agar tersabunnya sempurna. Jika basa yang digunakan terlalu pekat akan menyebabkan terpecahnya emulsi pada larutan sehingga fasenya tidak homogen., sedangkan jika basa yang digunakan terlalu encer, maka reaksi akan membutuhkan waktu yang lebih lama.
2.      Suhu (T)
Ditinjau dari segi thermodinamikanya, kenaikan suhu akan menurunkan hasil, hal ini dapat dilihat dari persamaan Van`t Hoff :  RTHdTKdΔ=ln ( 1 )
Karena reaksi penyabunan merupakan reaksi eksotermis (ΔH negatif), maka dengan kenaikan suhu akan dapat memperkecil harga K (konstanta keseimbangan), tetapi jika ditinjau dari segi kinetika, kenaikan suhu akan menaikan kecepatan reaksi. Hal ini dapat dilihat dari persamaan Arhenius berikut ini (Smith 1987) : k = ARTEe− ( 2 )
Dalam hubungan ini, k adalah konstanta kecepatan reaksi, A adalah faktor tumbukan, E adalah energi aktivasi (cal/grmol), T adalah suhu (ºK), dan R adalah tetapan gas ideal (cal/grmol.K).
Berdasarkan persamaan tersebut maka dengan adanya kenaikan suhu berarti harga k (konstanta kecepatan reaksi) bertambah besar. Jadi pada kisaran suhu tertentu, kenaikan suhu akan mempercepat reaksi, yang artinya menaikan hasil dalam waktu yang lebih cepat. Tetapi jika kenaikan suhu telah melebihi suhu optimumnya maka akan menyebabkan pengurangan hasil karena harga konstanta keseimbangan reaksi K akan turun yang berarti reaksi bergeser ke arah pereaksi atau dengan kata lain hasilnya akan menurun. Turunnya harga konstanta keseimbangan reaksi oleh naiknya suhu merupakan akibat dari reaksi penyabunan yang bersifat eksotermis (Levenspiel, 1972).
3.      Pengadukan
Pengadukan dilakukan untuk memperbesar probabilitas tumbukan molekul-molekul reaktan yang bereaksi. Jika tumbukan antar molekul reaktan semakin besar, maka kemungkinan terjadinya reaksi semakin besar pula. Hal ini sesuai dengan persamaan Arhenius dimana konstanta kecepatan reaksi k akan semakin besar dengan semakin sering terjadinya tumbukan yang disimbolkan dengan konstanta A (Levenspiel, 1987).
4.      Waktu
            Semakin lama waktu reaksi menyebabkan semakin banyak pula minyak yang dapat tersabunkan, berarti hasil yang didapat juga semakin tinggi, tetapi jika reaksi telah mencapai kondisi setimbangnya, penambahan waktu tidak akan meningkatkan jumlah minyak yang

2.10 Pembuatan Sabun Dalam Industri
Ë  Saponifikasi Lemak Netral
Pada proses saponifikasi trigliserida dengan suatu alkali, kedua reaktan tidak mudah bercampur. Reaksi saponifikasi dapat mengkatalisis dengan sendirinya padakondisi tertentu dimana pembentukan produk sabun mempengaruhi proses emulsikedua reaktan tadi, menyebabkan suatu percepatan pada kecepatan reaksi. Jumlahalkali yang dibutuhkan untuk mengubah paduan trigliserida menjadi sabun dapatdihitung berdasarkan persamaan berikut :Trigliserida + 3NaOH 3RCOONa + Gliserin NaOH = [SV x 0,000713] x 100/ NaOH (%) [SV / 1000] x [MV (NaOH)/MV(KOH)Dimana SV adalah angka penyabunan dan MV adalah berat molekul. Komponen penting pada sistem ini mencakup pompa berpotongan untuk memasukkan kuantitas komponen reaksi yang benar ke dalam reaktor autoclave,yangt beroperasi pada temperatur dan tekanan yang sesuai dengan kondisi reaksi.Campuran saponifikasi disirkulasi kembali dengan autoclave. Temperatur campurantersebut diturunkan pada mixer pendingin, kemudian dipompakan ke separator statisuntuk memisahkan sabun yang tidak tercuci dengan larutan alkali yang digunakan.Sabun tersebut kemudian dicuci dengan larutan alkali pencuci dikolam pencuci untuk memisahkan gliserin (sebagai larutan alkali yang digunakan) dari sabun. Separator sentrifusi memisahkan sisa sisa larutan alkali dari sabun. Sabun murni (60-63 %TFM) dinetralisasi dan dialirkan ke vakum spray dryer untuk menghasilkan sabundalam bentuk butiran (78-83 % TFM)yang siap untuk diproses menjadi produk akhir.
Ë  Pengeringan Sabun
Sabun banyak diperoleh setelah penyelesaian saponifikasi (sabun murni) yangumumnya dikeringkan dengan vakum spray dryer. Kandungan air pada sabundikurangi dari 30-35% pada sabun murni menjadi 8-18% pada sabun butiran ataulempengan. Jenis jenis vakum spray dryer , dari sistem tunggal hingga multi sistem,semuanya dapat digunakan pada berbagai proses pembuatan sabun. Operasi vakum spray dryer sistem tunggal meliputi pemompaan sabun murni melalui pipaheat exchanger  dimana sabun dipanaskan dengan uap yang mengalir pada bagian luar pipa. Sabun yang sudah dikeringkan dan didinginkan tersimpan pada dinding ruang vakumdan dipindahkan dengan alat pengerik sehingga jatuh di plodder, yang mengubah sabun ke bentuk lonjong panjang atau butiran. Dryer dengan mulai memperkenalkan proses pengeringan sabun yang lebih luas dan lebih efisien daripadadryer sistemtunggal.
Ë  Netralisasi Asam Lemak 
Reaksi asam basa antara asam dengan alkali untuk menghasilkan sabun berlangsung lebih cepat daripada reaksi trigliserida dengan alkali.RCOOH + NaOH RCOONa + H2O Jumlah alkali (NaOH) yang dibutuhkan untuk menetralisasi suatu paduanasam lemak dapat dihitung sebagai berikut : NaOH = {berat asam lemak x 40) / MW asam lemak Berat molekul rata rata suatu paduan asam lemak dapat dihitung dengan persamaan :MW asam lemak = 56,1 x 1000/ AVDimana AV (angka asam asam lemak paduan) = mg KOH yang dibutuhkanuntuk menetralisasi 1 gram asam lemak Operasi sistem ini meliputi pemompaan reaktan melalui pemanasan terlebih dihulu menuju turbodisperser dimana interaksi reaktan reaktan tersebut mengawali pembentukan sabun murni. Sabun tersebut, yang direaksikan sebagian pada tahap ini,kemudian dialirkan ke mixer dimana sabun tersebut disirkulasi kembali hingga netralisasi selesai. Penyelesaian proses netralisasi ditentukan oleh suatu pengukuran potensial elektrik (mV) alkalinitas. Sabun murni kemudian dikeringkan denganvakum spray dryer untuk menghasilkan sabun butiran yang siap untuk diolah menjadi sabun batangan.
Ë  Penyempurnaan Sabun
Dalam pembuatan produk sabun batangan, sabun butiran dicampurkan dengan zat pewarna, parfum, dan zat aditif lainnya ke dalammixer (analgamator). Campuransabun ini klemudian diteruskan untuk digiling untuk mengubah campuran tersebur menjadi suatu produk yang homogen. Produk tersebut kemudian dilanjutkan ke tahap pemotongan. Sebuah alat pemotong dengan mata pisau memotong sabun tersebut menjadi potongan potongan terpisah yang dicetak melalui proses penekanan menjadisabun batangan sesuai dengan ukuran dan bentuk yang diinginkan. Proses pembungkusan, pengemasan, dan penyusunan sabun batangan merupakan tahap akhir.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1  Alat dan Bahan
Alat
Kaleng Susu
Pembakar Bunsen
Tungku ( Kaki 3)
Gelas Ukur
Gelas Beker
Timbangan
Cetakan
Batang Pengaduk
Sendok
Bahan
Minyak Sayur (Kemasan)
NaOH
Air
Pewarna Bubuk
Parfume


3.2  Cara Kerja
1.      Ukurlah minyak menggunakan gelas ukur sebanyak 35 ml,
2.      Timbanglah NaOH sebanyak 15 mg
3.      Tambahkan 50  ml air kedalam NaOH dan aduk hingga rata,
4.      Masukkan minyak kedalam kaleng susu dan panaskan minyak diatas pembakar bunsen sambil diaduk-aduk,
5.      Setelah minyak mendidih kemudian masukkan larutan NHCL kedalam minyak tersebut secara perlahan sambil diaduk-aduk terus,
6.      Kemudian jika minyak yang sudah dicampur tersebut mendidih, masukkan pewarna dan farfume secukupnya,
7.      Aduk terus hingga warnanya menjadi lebih tua dan larutan mengental,
8.      Setelah larutan mengental akan terbentuk gliserol, buang terlebih dahulu gliserol kemudian masukan kedalam cetakan,
9.      Letakkan ditempat yang aman, biarkan selama beberapa hari hingga larutan tersebut mengeras menjadi sabun.




3.3  Hasil Pratikum
Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi dengangliserol. Masing masing lemak mengandung sejumlah molekul asam lemak dengan rantai karbon panjang antara C12(asam laurik) hingga C18 (asam stearat) pada lemak  jenuh dan begitu juga dengan lemak tak jenuh. Campuran trigliserida diolah menjadisabun melalui proses saponifikasi dengan larutan natrium hidroksida membebaskan gliserol. Sifat sifat sabun yang dihasilkan ditentukan oleh jumlah dan komposisi darikomponen asam asam lemak yang digunakan. Komposisi asam asam lemak yangsesuai dalam pembuatan sabun dibatasi panjang rantyai dan tingkat kejenuhan. Padaumumnya, panjang rantai yang kurang dari 12 atom karbon dihindari penggunaanyakarena dapat membuat iritasi pada kulit, sebaliknya panjang rantai yang lebih dari 18atom karbon membentuk sabun yang sukar larut dan sulit menimbulkan busa. Terlalu besar bagian asam asam lemak tak jenuh menghasilkan sabun yang mudah teroksidasi bila terkena udara.

                       RCOONa yang merupakan garam dari natrium karboksilat dapat menjadi sabun apabila R (gugus alkil) yang diikat merupakan gugus alkil yang besar seperti – C15H31 dan – C 16H33. Hal ini terjadi karena gugus alkil yang besar memiliki sifat nonpolar, tidak seperti gugus alkil berantai pendek yang lebih bersifat polar. Apabila sabun larut dalam air akan terbentuk ion RCOO- dengan gugus R yang bersifat nonpolar dan COO- yang bersifat polar. Gugus R yang terbentuk akan mengikat pengotor yang umumnya berbentuk lemak yang bersifat nonpolar dan selanjutnya pada saat air dialirkan, air yang bersifat polar akan menarik gugus nonpolar dari sabun dan kotoran sehingga kotoran tersebut lepas dari tubuh kita. Karena sabun dibuat dari bahan baku alami yang berupa lemak, limbahnya tidak berbahaya terhadap lingkungan karena mudah diuraikan oleh mikroorganisme.

Mula-mula reaksi penyabunan berjalan lambat karena minyak dan larutan alkali merupakan larutan yang tidak saling larut (Immiscible). Setelah terbentuk sabun maka kecepatan reaksi akan meningkat, sehingga reaksi penyabunan bersifat sebagai reaksi autokatalitik, di mana pada akhirnya kecepatan reaksi akan menurun lagi karena jumlah minyak yang sudah berkurang.( Bailey’s, 1964 ).


 

Reaksi penyabunan merupakan reaksi eksotermis sehingga harus diperhatikan pada saat penambahan minyak dan alkali agar tidak terjadi panas yang berlebihan. Pada proses penyabunan, penambahan larutan alkali (KOH atau NaOH) dilakukan sedikit demi sedikit sambil diaduk dan dipanasi untuk menghasilkan sabun. Untuk membuat proses yang lebih sempurna dan merata maka pengadukan harus lebih baik. Sabun yang diperoleh kemudian diasamkan untuk melepaskan asam lemaknya (Levenspiel, 1972).



BAB IV
PENUTUP

4.1  Kesimpulan
Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi dengangliserol.
Mula-mula reaksi penyabunan berjalan lambat karena minyak dan larutan alkali merupakan larutan yang tidak saling larut (Immiscible). Setelah terbentuk sabun maka kecepatan reaksi akan meningkat, sehingga reaksi penyabunan bersifat sebagai reaksi autokatalitik, di mana pada akhirnya kecepatan reaksi akan menurun lagi karena jumlah minyak yang sudah berkurang.
Masing masing lemak mengandung sejumlah molekul asam lemak dengan rantai karbon panjang antara C12(asam laurik) hingga C18 (asam stearat) pada lemak  jenuh dan begitu juga dengan lemak tak jenuh.
Campuran trigliserida diolah menjadisabun melalui proses saponifikasi dengan larutan natrium hidroksida membebaskangliserol
4.2  Saran
Ê Saat melakukan pemanasan minyak hendaknya api diperhatikan, suhu harus tetap dijaga agar hasilnya bagus
Ê Saat gliserol terbentuk, buanglah gliserol-gliserol tersebut agar tidak terlalu banyak gliserol
Ê Saat menambahkan pewarna dan pewangi jangan menggunakan terlalu banyak air, lebih baik menggunakan pewarna bubuk agar tidak mengandung terlalu banyak air


DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar